Penjual Cireng Hadiahi Pemkot Malang Karangan...eh Karungan Pasir
Pelataran Balai Kota Malang dipenuhi karangan bunga berisi ucapan selamat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Malang ke 105 tahun pada tanggal 1 April 2019 kemarin. Dari deretan karangan bunga ucapan selamat itu, ada juga karangan yang eh…karungan pasir.
Karungan pasir ini memang sengaja diberikan untuk ikut memeriahkan HUT Kota Malang. Ada dua karung pasir diletakkan di pagar balai kota bertuliskan "Kado Spesial dari Warga Malang" dan "Selamat Ulang Tahun Kota Malang yang ke 105." Karungan pasir ini memang sengaja dikirimkan sebagai bentuk sindiran kepada Pemkot Malang yang dianggap tak becus merawat jalan.
Adalah Gusti Ridho 27 tahun warga Kecamatan Gadang Kota Malang yang berinisiatif untuk memberi kado berupa dua karung pasir tersebut. "Bukan karangan yang bisa kita berikan, tapi karungan," ujarnya.
Ridho tidak sendiri, bersama temannya di bernama Joko seorang warga Kelurahan Oro-oro Dowo mereka menyiapkan dua karung pasir sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena banyaknya jalan berlubang yang ada di Kota Malang. Uang yang digunakan untuk membeli pasir tersebut, kata dia diperoleh dari hasil pinjaman.
Maklum, dia hanya bekerja sebagai penjual cireng. Meski hanya berjualan cireng, tapi dia punya keresahan terhadap kondisi jalan di Kota Malang. Banyak jalan berlubang di Kota Malang yang tak kunjung diperbaiki. Ridho khawatir jika tidak kunjung diperbaiki, jalan berlubang akan banyak menelan korban.
Dia menceritakan kalau ayah angkatnya dua tahun lalu sempat patah tulang karena kecelakaan akibat jalan berlubang. "Jangan sampai kita, atau keluarga kita yang kena nantinya" terangnya.
Protes bergaya sarkas dari warga Malang soal jalan berlubang tidak itu saja. Ari warga Kelurahan Sawojajar bersama teman-temannya juga sempat menuliskan ucapan selamat ulang tahun di titik jalan berlubang. Sembari memegang kue ulang tahun, temannya mengunggah foto tersebut ke media sosial.
Walikota Malang, Sutiaji juga telah mengetahui protes yang disampaikan warga-warganya tersebut. Sutiaji merseponnya dengan mengucapkan terima kasih. Atas protes dari warga soal jalan berlubang, Sutiaji hanya bisa menerimanya sambil menunggu perubahan anggaran keuangan di tahun 2019.
Melihat respon Sutiaji yang mengucapkan terima kasih, Gusti Ridho mengatakan kalau protes ini juga sebagi bentuk kesadaran publik. Dirinya mengatakan, "Kalau sampah itu kita masyarakat juga punya tanggungjawab, jaga kebersihan bersama. Kalau jalan itu tugas pemerintah," kata dia.
Dia pun juga mempertanyakan anggaran perbaikan jalan yang hanya dua miliar rupiah. Itu pun sudah terpakai lebih dari 50%, padahal baru beberapa bulan. "Sedangkan, kondisi jalan tak kunjung membaik," ujarnya.
Ridho pun punya rencana gelar protes dalam bentuk lain jika kondisi jalan tak kunjung membaik. Dia mengatakan, "Warga Malang itu rasa pedulinya tinggi, kita kritik pemerintah ya karena peduli. Kalau jalan berlubang memakan korban siapa yang nanti disalahkan," kata dia. (fjr)