Bukan Gadget, Ini Faktor Resiko Terbesar Ablasio Retina
Dokter spesialis Mata Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU), Donny Wishnu Chandra, Sp.M mengatakan, ablasio retina tak ada hubungannya dengan pemakaian smartphone atau gadget. Justru, kondisi ini dipengaruhi oleh kelainan genetik pada retina mata.
Dokter dari divisi Vitreoretina ini menyebut bahwa faktor risiko ablasio retina ada pada orang-orang dengan minus tinggi.
"Untuk itu kami skrining orang-orang dengan mata minus tinggi, karena bentuk retinanya tipis. Orang dengan minus tinggi bentuk retinanya memanjang, ibarat benda kalau terus ditarik bisa terjadi robekan," kata dokter Donny kepada Ngopibareg.id.
Selain orang dengan minus tinggi, ujar dokter Donny kondisi lain yang menjadi faktor risiko ablasio retina adalah kondisi diabetes yang tak teratasi, atau bisa karena tumor.
Sejatinya, menurut dokter Donny kondisi ablasio retina akan sangat mempengaruhi pekerjaan seseorang, terutama pada bidang pekerjaan dengan konsentrasi tinggi misalnya seperti pilot.
"Kenapa berpengaruh? Karena penglihatannya menjadi tidak presisi, jadi akan sangat mengganggu pekerjaan," terangnya.
Di samping itu, pengobatan ablasio retino sejauh ini adalah operasi untuk mempertahankan kondisi sel-sel retina mata yang masih bagus, agar tidak ikut terlepas.
Gejala Ablasio Retina.
Sebagai pencegahan, kata dokter Donny masyarakat harus melakukan screening dan peka terhadap gejala yang muncul. Gejala ablasio retina antara lain:
1. Penglihatan antara mata kanan dan kiri berbeda atau tidak presisi. Misalnya, mata kanan penglihatan jelas tapi untuk mata kiri kurang jelas.
2. Ada bagian penglihatan yang seperti tertutup tirai, karena saat retina terlepas biasanya tidak semua bagian terlepas tapi hanya beberapa bagian saja. Alhasil, ada bagian penglihatan yang hilang atau biasanya seperti tertutup tirai.
3. Ada kilatan cahaya saat melihat sesuatu, ketika retina mata terlepas atau sobek akan menimbulkan sensasi kilatan cahaya.