Buka Puasa Bersama, Masjid Istqlal Sehari Siapkan Rp100 Juta
Peserta buka puasa bersama di Masjid Istiqlal Jakarta, mulai berdatangan sejak pukul 16.00. Mereka langsung duduk berbaris di ruang terbuka bagian dalam Masjid Istiqlal, dengan tertib.
Untuk mengikuti buka puasa bersama di masjid terbesar di Asia Tenggara ini syaratnya sederhana. Berpakaian rapi, menjaga tata tertib dan kesucian tempat ibadah bagi umat Islam tersebut. Peserta tidak ditanya berpuasa atau tidak.
Peserta buka puasa di Masjid Istiqlal setiap hari diprediksi 3.000 sampai 4.000 orang. Hari pertama puasa Selasa 12 Maret 2024 disediakan 3.000 kotak nasi, habis. Bahkan, ada yang tidak kebagian karena terlambat datang. Pada hari kedua, 13 Maret 2024 disediakan 3.500 kotak nasi.
Hari berikutnya diperkirakan lebih banyak lagi setelah buka puasa di Istiqlal yang digelar setiap Ramadan disebarluaskan oleh dan melalui pembicaraan dari mulut ke mulut.
"Peserta buka puasa di Masjid Istiqlal ini bebas tidak ditanya soal agama yang dianut, puasa atau tidak, selagi nasi kotak masih ada semua dapat bagian," ujar staf protokol dan Humas Istiqlal Abu Huroiroh kepada ngopibareng.id, Rabu, 13 Maret 2024.
Sistem pembagiannya dihitung per kepala, misalnya sekeluarga berjumlah 5 orang, akan menerima semua meskipun ada yang masih dalam gendongan.
Menjelang magrib sekitar pukul 17.30 petugas mulai membagikan nasi boks dan takjil kepada peserta yang sudah cukup lama menunggu.
Untuk membagikan nasi kepada peserta buka puasa yang jumlahnya ribuan, panitia melibatkan Remaja Masjid dan relawan Istiqlal yang setiap harinya berjumlah 250 orang, termasuk petugas kebersihan.
Setelah menerima dan nasi kota ada yang langsung bergegas pulang dengan membawa bingkisan untuk berbuka puasa tersebut tidak menunggu salat magrib.
"Dibawa pulang atau dimakan di Istiqlal, itu urusan pribadi masing-masing. Panitia tidak mengatur sedetail itu. Yang penting amanah untuk menyiapkan kebutuhan untuk buka puasa sudah dilaksanakan," ujar Abu.
Soal menu, dikatakan setiap hari berganti. Ada rendang, ayam bakar, bali telur. Semuanya dikerjakan oleh sebuah katering yang selama ini bekerja sama dengan pengelola Masjid Istiqlal.
Panitia tinggal order sesuai dengan jumlah yang diperlukan, sedang pembayarannya ada yang mengurus sendiri.
Menurut Abu Huroiroh, dana yang dikeluarkan untuk buka bersama di Istiqlal ini cukup besar. Kalau setiap kotak harganya setara dengan Rp25.000, kalau setiap hari 4.000 kotak, maka dana yang dikeluarkan setiap hari untuk buka puasa di Masjid Istiqlal sebesar Rp100 juta.
"Dana sebesar itu diperoleh dari sumbangan para donasi. Ada pengusaha, pejabat, duta besar negara sahabat, tapi kurang etis kalau saya sebutkan nama-namanya, tanpa seizin yang bersangkutan," ujar Abu.
Menyinggung latar belakang sosial peserta buka puasa di Masjid Istiqlal, dikatakannya, macam-macam. Ada pegawai kantoran, penyandang disabilitas, pedagang kecil, pedagang asongan, sopir bajaj, sopir ojek, musafir, pemulung dan buruh bangunan. Mereka diperlakukan sama, tidak dibedakan latar belakang sosial ekonominya.
Beberapa peserta buka puasa di Masjid Istiqlal mengaku senang. Seorang pria asal kuningan Cirebon, mengaku seorang pemulung. Ia datang bersama enam orang temannya.
"Saya sudah dua hari ikut buka puasa di Istiqlal kemarin dan hari ini, kebetulan setiap hari lewat di depan Istiqlal," kata Emeng Usi
Berbeda dengan penuturan Hana, karyawati sebuah kantor di daerah Gambir. Mengingat tempat tinggalnya di Depok Baru, ia berniat ikut buka puasa di Istiqlal. Sekalian salat magrib. Ia datang berempat dengan temannya. Setelah berbuka dan salat magrib, Hana langsung menyeberang ke stasiun Juanda, naik KRL jurusan Bogor.
Menurut Hana, lauk berbuka puasa di Istiqlal hari ini cukup baik. Ada rendang dan telur dicabein, sayur, air mineral. Di luar panitia, ada dermawan yang membagikan kurma.
"Alhamdulillah, saya senang bisa buka puasa bersama ribuan jamaah masjid Istiqlal," kata Hana sambil berbuka.
Advertisement