Buka Bersama di Pesantren Nusantara AS, Ini Pesan Ustadz Shamsi Ali
"Keberadaan kami adalah ingin menjadi bagian masyarakat Moodus yang baik. Dan karenanya kami membuka diri kepada siapa saja yang ingin hadir di lokasi tersebut," kata Ustadz Shamsi Ali.
Pesantren Nusantara Madani di Amerika melaksanakan acara buka puasa bersama dengan tetangga-tetangga sekitarnya. Ada sekitar seratusan yang hadir dan menikmati berbagai hidangan ala Indonesia di saat berbuka puasa, berlangsung Sabtu, 9 Juni 2018 lal.
“Selain tetangga-tetangga sekitar pondok, yang keseluruhannya warga berkulit putih, juga hadir beberapa warga Indonesia dari Boston, New York City dan Connecticut sendiri,” kata Imam Shamsi Ali, pendiri pondok pesantren Nusantara Madani US, pada ngopibareng.id, Selasa (12/6/2018).
Acara buka puasa ini diadakan sebagai bagian dari pengenalan awal rencana pendirian pondok pesantren di kota Moodus, Connecticut. Tujuan lainnya tentunya adalah untuk membangun rasa simpati dengan kehadiran pusat komunitas Muslim (Muslim Community Center) di kota Moodus yang cantik, hijau dan tenang.
Dalam sambutan pembukaan acara buka puasa yang sangat informal itu, Imam Shamsi Ali menyampaikan beberapa hal:
Pertama, menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas penerimaan kehadiran mereka di acara tersebut. Tapi yang terpenting atas penerimaan mereka di kota Moodus dengan sangat ramah. Saya mengistilahkan dengan “gracious welcoming”.
Kedua, keberadaan kami adalah ingin menjadi bagian masyarakat Moodus yang baik. Dan karenanya kami membuka diri kepada siapa saja yang ingin hadir di lokasi tersebut. Kami juga di Alan sungkan-sungkan berkunjung ke rumah-rumah mereka nantinya.
Ketiga, menjelaskan jika Islam itu adalah agama yang menekankan ajarannya kepada aspek kemanusiaan. Maka dalam Islam hanya satu hal yang menjadikan seseorang mulia. Yaitu dengan keyakwaan (righteousness). Dan ketakwaan hanya ditandai oleh “kemanisan hati” dan keindahan “prilaku”.
Keempat, karenanya Islam tidak membeda-bedakan manusia atas dasar ras, etnis maupun warns kulit. Semua sama di hadapan Pencipta.
Kelima, Islam memang universal. Tapi metila sudah bersentuhan dengan aspek sosialnya, Islam akan sangat ditentukan oleh warns budaya masyarakat setempat. Saya menekankan bahwa masyarakat Muslim Indonesia memiliki budayanya yang berbeda dari masyarakat Muslim lainnya. Dan karenanya penilaian yang bersifat general (generalisasi) terkadang tidak tepat.
Keenam, agama dan keyakinan adalah pilihan berdasarkan kesadaran. Dan karenanya agama tidak Mungkin bisa dipaksakan. Kami tidak diajarkan “mengkonversi” orang menjadi Muslim. Kewajiban kami hanya menyampaikan, dan yang terpenting mempersaksikan apa itu Islam. Masalah orang menerima atau tidak, itu bukan urusan kami.
Ketujuh, untuk itu kami mengajak semuanya untuk membangun sikap saling memahami, menghormati dan kerjasama. Agama bisa berbeda. Tapi kemanusiaan universal (common humanity) menyatu man semua manusia untuk membangun dunia yang lebih baik.
Selain itu saya juga menyampaikan beberapa rencana ke depan, antara lain Summer Program, pembangunan rumah Ibadah dan perpustakaan.
Saya juga berjanji untuk mempromosikan kota Moodus yang cantik ke dunia luar. Keindahan danaunya, bukit-bukitnya yang hijau, air terjun, dan ragam tempat-tempat menarik mengharuskan kita mempromosikannya.
Alhamdulillah, semua tamu malam itu dapat tersenyum, senang bahkan mengapresiasi kehadiran kita.
Ada cerita lucu. Dalam sambutan saya menyampaikan keindahan “kicauan burung-burung” di lokasi pesantren. Salah seorang Ibu yang tinggal berseberangan dengan pesantren, di saat kami sholat magrib menyempatkan diri kerumahnya dan mengambil sebuah sarang burung untuk dihadiahkan ke saya.
Senang dan bahagia. Acara sederhana itu ternyata berdampak positif yang sangat luar bisa. Langkah awal dalam dakwah terkadang memang dimulai dengan sesuatu yang sederhana. Semoga Allah meridhoi. Amin.
Moodus, 9 Juni 2018.
* Imam Shamsi Ali, pendiri pondok pesantren Nusantara Madani US. (adi)
Advertisement