Buka 24 Jam, Nakes di Puskesmas Surabaya Kerja Overload
Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya untuk membuka layanan puskesmas 24 jam sehari untuk menangani pandemi COVID-19, ternyata tak mudah dilaksanakan di lapangan. Setidaknya ada dua masalah yang membuat puskesmas kelabakan menjalankan kebijakan tersebut. Dua masalah adalah kurangnya Sumber Daya Manusia yaitu tenaga kesehatan (nakes). Serta belum cairnya insentif bagi para nakes di tahun 2021.
Masalah ini terkuak setelah anggota DPRD Kota Surabaya, Mahfudz, melakukan peninjauan di dua puskesmas, yakni Ngagel Rejo dan Pucang Sewu, Kamis 15 Juli 2021 dini hari. Ia mengatakan, program puskesmas buka 24 jam yang dicanangkan Walikota Surabaya Eri Cahyadi perlu diapresiasi. Namun Eri juga harus melihat kesiapan tenaga di lapangan. Jangan sampai kekurangan dan membuat pelayanan jadi pontang-panting.
"Bayangkan saja, setiap malam hanya ada tiga nakes yang berjaga. Mereka berjaga sampai pagi. Paginya hanya ada 3-4 orang. Paling banyak enam orang,” kata Mahfudz
Beban akan semakin berat jika shift libur atau ada yang terpapar COVID-19 dan harus isolasi mandiri atau mendapat perawatan. Jadi nakesnya berkurang.
“Masukan kami kepada Pemkot, segera tambahkan nakes ke puskesmas, minimal 4-6 nakes tambahan, biar pelayanan bisa efektif," kata Mahfudz kepada Ngopibareng.id
Sebab menurutnya, setiap hari puskesmas di Surabaya rata-rata melayani 150-250 swab test, 200-300 vaksinasi, dan layanan umum lainnya. Jika puskesmas hanya tersedia tak lebih dari 6 nakes di setiap waktu jaga, maka pelayanan akan tak maksimal. Nakes dipastikan kelelahan dan membuka peluang untuk terpapar COVID-19.
"Nakes itu garda terdepan, kita harus melindungi. Jangan sampai terlalu over working. Beri waktu istirahat yang cukup. Kasihan nanti kalau akhirnya banyak nakes yang terpapar di satu puskesmas. Kemungkinan besar puskesmas bisa shut down karena tak ada nakes, pelayanan kesehatan jadi goyang semua. Kasian keluarga mereka di rumah," katanya.
Selain itu, masalah yang dihadapi para nakes di puskesmas adalah dana insentif nakes dari Pemkot yang belum juga cair. Dana insentif yang dimaksud adalah dana tahun 2021. Sejak bulan Januari hingga Juli, dana itu belum terbagikan kepada nakes-nakes di puskesmas.
Menurutnya, nakes yang selama ini sudah memberikan sepenuh tenaganya untuk melayani pasien di tengah pandemi, harus mendapat apresiasi yang sesuai. Kerja keras mereka harus terbayar dengan baik. Jangan sampai fisik mereka sudah diambil dari keluarga di rumah, namun juga tak ada tambahan dana untuk keseharian nakes dan keluarga.
"Nakes sebagai frontliner harus kita hargai sebaik mungkin. Harus manusiawi. Mereka sudah bekerja lelah sekali, pemkot juga harus segera mencairkan dana itu. Kalau tak dicairkan sama saja nakes ini kerja rodi dong," katanya.