Budidaya Bonsai di Sidoarjo, Berawal dari Hobi Membawa Hoki
Hobi membawa hoki. Ya, kalimat itulah yang pantas diucapkan saat berkunjung ke kebun bonsai milik Frans Adil. Suasana sejuk sangat terasa ketika memandangi daun-daun bonsai yang indah.
Bonsai, tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal masih menjadi incaran pecinta bunga dan menjadi usaha ekonomi kreatif bagi pembudidayanya. Bahkan tak jarang mereka yang tadinya hanya menjadikan bonsai sekadar untuk hobi atau mendapatkan penghasilan tambahan, bisa menjadi penghasilan pokok.
Berlokasi di RW V, Perumahan Taman Candiloka, Desa Ngampelsari, Kecamatan Candi Sidoarjo. Di kebun tersebut, Frans membudidayakan sendiri bonsai koleksinya. Mantan karyawan swasta ini menceritakan mulai jatuh cinta pada bonsai pada tahun 2015.
“Tanaman bonsai itu luar biasa. Pohon yang besar dan tinggi bisa dibuat kecil dan bisa ditanam di dalam pot sehingga bisa dijadikan dekorasi rumah kita. Bonsai itu miniatur alam,” tuturnya, Senin, 14 Juni 2022.
Berawal dari suka lalu cinta, ia mengoleksi beberapa jenis bonsai dan merawatnya. “Yang tidak terbayang sebelumnya, bonsai saya ditawar orang dengan harga yang lumayan tinggi,” ucapnya. Nah, momen itu membuat Frans bersemangat dan memutuskan pensiun lebih cepat dari kantornya.
Saat ini ia memiliki lebih dari 30 jenis bonsai mulai dari santigi, serut hingga sakura mikro. Untuk merawatnya ia mengaku tidak kesulitan karena mudah seperti merawat bunga yang lain.
“Paling satu atau dua bulan sekali harus merapikan rantingnya. Bila ranting tumbuh agak panjang kita potong sesuai bentuk yang kita inginkan atau menyerupai bentuk aslinya. Yang perlu juga diperhatikan adalah menjaga keseimbangan antara cabang utama dan lainnya,” terangnya.
Ia menambahkan, media tanam sebaiknya diganti setiap enam bulan sekali karena sudah padat sehingga menghambat perkembangan akar. Begitu juga pemberian pupuk yang cukup satu bulan sekali.
Frans menjual aneka bonsainya mulai Rp 50 ribu untuk bakalan hingga Rp 15 juta jenis santigi yang telah jadi. “Di Sidoarjo yang paling diburu jenis santigi dan ficus atau beringin berdaun kecil. Kalau sudah jadi, ficus bahkan bisa berharga lebih dari Rp 1 miliar. Tapi butuh waktu lama,” paparannya.
Untuk memasarkan bonsai karyanya, ia mengandalkan jejaring komunitas serta media sosial. Meskipun tidak mau menyebutkan nominal hasil dari budidaya bonsainya, Frans mengaku mensyukurinya.
Frans melanjutkan, bagi pemula yang ingin terjun di dunia bonsai, rumus pertama yang harus dipegang adalah tekat. Karena untuk menghasilkan bonsai jadi, dibutuhkan waktu yang lama sehingga perlu kesabaran dan ketelatenan. “Kalau proses ilmunya, seiring waktu semua orang akan mengetahuinya. Bisa dipelajari,” tutup Frans.
Advertisement