Rayakan Kemerdekaan, Ini Ekspresi Seniman di Malang
Para seniman dan budayawan di Kota Malang memperingati Proklamasi Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia dengan melakukan upacara. Tentu saja, upacara ini dikombinasikan dengan penampilan kesenian.
Upacara tersebut digelar di Dewan Kesenian Malang (DKM), Jalan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 11.00 WIB.
Prosesi upacara digelar tidak terlalu formal. Para perserta yang terdiri dari para seniman dan budayawan terlihat ada yang memakai pakaian adat dan juga kebaya bagi perempuan.
Ketika pengibaran bendera pusaka merah putih prosesi tidak dilangsungkan dengan gerak jalan ala kemiliteran. Namun diganti dengan gerakan tari putri.
Kedua perempuan terlihat melenggak-lenggok dengan mengalungkan selendang mengapit pembawa baki menuju tiang bendera.
Kedua perempuan itu ialah Intan Putri Chandra Devi dan Wulandari Larasati dari Sanggar Tari Taruna, Kota Malang.
“Tidak ada persiapan sebelumnya. Ini dadakan. Tari gerakan putri biasanya dipersembahkan untuk melakukan penyambutan pada zaman kerajaan dulu,” tutur Intan Chandra.
Intan Chandra menuturkan tari gerakan putri ditampilkan dalam prosesi upacara tersebut. Karena dianggap memiliki gerakan yang sederhana.
Di tempat yang sama, Wulandari Larasati mengungkapkan hal yang sama bahwa tidak ada persiapan khusus yang dilakukan dalam prosesi upacara kemerdekaan tersebut.
“Dinamakan tari putri karena gerakannya yang dilakukan secara perlahan mirip dengan seorang putri,” tuturnya.
Selain itu, Bambang Agus Sutrisno yang berlaku sebagai pemimpin upacara menampilkan gerakan tari gagahan ketika melapor ke komandan upacara. Tari tersebut jika dilihat sekilas mirip dengan gerakan pencak silat.
“Tari Gagahan itu biasanya digunakan oleh para prajurit kerajaan zaman dahulu untuk menunjukkan keperkasaan mereka,” ungkap pria yang juga merupakan budayawan tersebut.
Di samping itu juga dilakukan orasi kebangsaan oleh budayawan, Ki Jati Kusumo, dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan bahwa, peletakan bangsa Indonesia di mulai dari Malang dengan adanya kerajaan Singosari.
“Ken Arok itu adalah raja sekaligus pemimpin revolusi tanpa ada dia, negara Indonesia ini tidak ada, dari dia pula lalu lahir raja-raja besar di nusantara ini,” ujarnya.
Advertisement