Budayakan Membaca, ITS Bangun Kampung Literasi
Di era teknologi yang serba modern seperti sekarang, anak-anak bahkan orang dewasa lebih memilih menggunakan gawainya untuk bermain dan berselancar di media sosial. Hal inilah yang membuat minat baca masyarakat mulai menurun dan meninggalkan budaya baca.
Untuk mengatasi hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersiap mengembangkan sebuah Kampung Literasi. Dengan mengelola lima wilayah Taman Baca Masyarakat (TBM), program ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM)-LPPM ITS, Perpustakaan ITS dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.
Sesuai usulan Perpustakaan Kota Surabaya, lima TBM yang dikelola yaitu TBM RW 3 Keputih, TBM Kelurahan Kejawan Putih Tambak, TBM Rusunawa Keputih, TBM RW 4 Kejawan Putih Tambak, dan TBM RW 1 Gebang Putih. Sedangkan kegiatan pertama sekaligus menjadi acara pembuka dimulai di TBM RW 3 Keputih.
Ketua pelaksana, Dr Kartika Nuswantara menjelaskan, program yang dilaksanakan selama lima minggu dan dimulai pada 16 Juli ini memiliki tujuan untuk mendorong masyarakat agar terbiasa membaca serta melakukan pemberdayaan TBM sesuai dengan kebutuhan. Sehingga diharapkan kegiatan ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya laboratorium belajar di TBM kawasan sekitar ITS.
“Tim pengabdi yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa lintas departemen di ITS tersebut akan melakukan pendampingan literasi kepada sekitar 100 anak usia 7-12 tahun," jelas perempuan berkacamata ini.
Dalam kesempatan ini pula, tim pengabdi ITS juga memberikan sejumlah donasi berupa karpet, papan tulis, perlengkapan majalah dinding, kipas angin, paket buku baru, serta buku bekas layak baca yang merupakan sumbangan civitas akademika ITS. Anak-anak terlihat sangat bersemangat membaca buku-buku donasi dari ITS.
Berbeda dengan pengabdian yang dilaksanakan di kawasan Dolly tahun lalu, Kampung Literasi ITS ini menekankan pada pembudayaan membaca nyaring. Hal ini dilakukan untuk membuat kegiatan yang menyenangkan guna melatih kebiasaan mendengar pada anak, meningkatkan kejelasan pelafalan membaca, sekaligus membangun interaksi antar kedua pihak.
"Jika silent mereka pasti sibuk sendiri, sedangkan read aloud minimal dua orang yang melakukan. Dengan begini kita sebagai orang tua akan melatih mereka menjadi generasi yang lebih baik," ujar Kartika.
Untuk menumbuhkan kecintaan pada TBM yang semakin meredup, Kampung Literasi pun didukung oleh program reproduksi cerita. Di sini pengunjung yang mayoritas anak program yang berhasil mengumpulkan 500 buku sumbangan dalam sebulan ini juga berkesempatan memamerkan karya yang telah diterbitkan pada kegiatan open house perpustakaan bulan September nanti. Untuk memeriahkan acara ini, mereka juga akan mengundang salah satu komunitas menulis di Surabaya.
Agenda open house nanti ada pameran novel anak, pemberian hadiah pada karya terbaik juga cerdas cermat untuk anak, pungkasnya. (amm/amr)