Budaya Tradisional dalam Goresan Lukisan Naturalis
Pelukis Tri Edy Margono memilih seni lewat lukisan. Ia merupakan pelukis dengan aliran naturalis. Di dalam setiap karyanya Edy Margono mengaku lebih menyukai gambar tokoh atau figur yang lebih nyata, dengan menekankan detail suasana untuk mendukung karakter yang digambarkan.
"Saya ingin lukisan saya tidak sekedar menjadi hiasan. Tapi saya selalu berusaha membuat gambar yang bisa bercerita banyak kepada orang yang melihatnya," kata Edy Margono saat ditemui ngopibareng.id di rumahnya, Selasa 7 Januari 2020.
Pria paruh baya ini menyukai dunia gambar sejak kecil. Tak heran jika ia tidak kesulitan mengaplikasikan dalam lukisan.
"Saya punya background sebagai ilustrator dulu. Jadi memang dunia gambar sudah akrab dengan saya," ceritanya.
Sebagian besar lukisan Edy Margono, menggambarkan sebuah kesenian tradisional dari berbagai daerah. Seperti lukisan pertunjukkan Reog Ponorogo, Tari Peresean dari Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Silat Harimau dari Sumatera Barat.
"Untuk tema lukisannya saya memang lebih menyukai local wisdom (kearifan lokal) seperti kesenian dan permainan tradisional. Jadi rata-rata lukisannya mengarah ke sana," papar Edy Margono.
Dalam mengambar karakter yang nyata, pelukis kelahiran Tuban ini menyebut pentingnya detail anatomi tubuh.
"Mulai dari proporsi gerakan tangan dan ototnya hingga draperi. Yakni arah gerak kain atau lipatan kain saat tubuh bergerak. Agar lebih nyata saya sering menonton pertunjukan seni secara langsung," jelasnya.
Edy Margono lantas mencontohkan lukisan Warok. Ia harus bisa menaruh rohnya dalam setiap goresan di kanvas. Seperti wibawa sorot mata Warok yang tajam harus terlihat dalam lukisan. Supaya terlihat jelas bagaimana karakteristik Warok pada umumnya.
Dalam lukisannya Edy Margono lebih sering mengunakan cat akrilik di atas kanvas 40 x 40 sentimeter.
"Saya juga mengunakan foto sebagai acuan untuk detailnya. Selebihnya mengunakan imajinasi saya dalam memperlihatkan budaya dalam karya saya," pungkas dia.
Advertisement