Budaya Makanan Keraton Jogja Pikat Wisatawan
Kekayaan budaya makanan (food culture) menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Proses bagaimana makanan khas di satu tempat disajikan, cerita dari hulu sampai hilirnya, menjadi daya pikat wisatawan yang sangat kuat. Dan itu bukan cerita kosong belaka.
Di Jogja, kota budaya dan pariwisata, memiliki banyak potensi semacam itu. Salah satunya ada di Gadri Resto. Restoran di Rumah Pangeran Joyokusumo yang juga museum ini, menyajikan atraksi food culture yang tidak bisa didapatkan di tempat lain.
“Alhamdulillah. Kami sudah 32 tahun berjalan dan mendapat respons yang sangat luar biasa. Mendapatkan tamu-tamu khusus dari luar negeri. Mulai dari presiden, perdana menteri maupun pejabat tinggi lainnya dari luar negeri. Datang ke sini. Ingin menikmati sajian khas keraton,” ujar BRAy Nuraida Joyokusumo mengawali ceritanya.
Daya pikat makanan khas untuk Raja-Raja Mataram Islam ini, menurut Nuraida, dibuktikan dengan adanya grup reservasi yang membanjir. Dari salah satu travel agent di Eropa, Perempuan yang akrab dipanggil Ida Joyokusumo ini mengaku pernah mendapat 680-695 group reservasi selama setahun. Dan itu selama beberapa tahun. Sehingga tidak ada ruang untuk yang lain. “Yang lain hanya bisa menikmati afternoon tea atau hanya foto-foto saja,” ungkapnya.
Akhirnya, kerjasama reservasi tahunan tersebut dihentikan untuk memberi kesempatan lebih luas bagi pihak lain. Sehingga terbuka grup-grup kecil, termasuk dari dalam negeri yang datang ke restoran yang ada di sebelah Barat Pagelaran Keraton Jogja ini. Saat Nuraida bercerita ini, di sisi Timur, tampak serombongan wisatawan mancanegara keluar dari ruang restoran.
Selain Nuraida Joyokusumo, tampil sebagai narasumber adalah Chef Dody Prakosa dan Arief Budiman (blogger kuliner Jogja). Acara dipandu Suci Sandi Wahyuni, dosen Universitas Sahid Jakarta yang sedang mengambil program doktor pariwisata di UGM.
Nuraida bercerita mengenai kekayaan makanan keraton Jogja saat menjadi salah satu narasumber dalam knowledge sharing Gastronomy Tourism, Kamis (19/9). Acara ini digelar di Pendopo Ndalem Joyokusumo atau ruang depan Gadri Resto, miliknya. Selain mengisahkan keistimewaan makanan raja-raja Keraton Jogjakarta, di akhir acara Nuraida juga praktik memasak langsung.
Isteri almarhum GBPH Joyokusumo ini mempraktikkan cara membuat minuman Royal Secang, Bir Jawa dan makanan Awan Kenes. “Zaman VOC dulu, orang-orang Belanda biasa minum wine. Sultan Hamengku Buwono pun berinisiatif membuat bir untuk menandingi. Agar rakyat juga bisa minum. Lahirlah Bir Jawa (yang tidak beralkohol) ini,” ungkap Nuraida.
Tak hanya mendapat cerita, para peserta sharing siang hingga sore itu juga mendapat sajian makanan khas keraton Jogja. Mulai dari minuman segar setup jambu, mento, hingga gado-gado. Peserta dari kalangan pentahelix -- pemerintah, pelaku usaha, akademisi, media, dan komunitas-- pelaku pariwisata ini pun bertahan hingga acara usai. Mereka juga memanfaatkan kesempatan masuk rumah pangeran itu dengan berfoto-foto di ruangan dalam.
Knowledge sharing Gastronomy Tourism ini merupakan rangkaian dari Jogja Tourism Festival (JTF) 2019. JTF digelar selama September dengan sejumlah acara. JTF digelar oleh Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) DIY berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Ketua DPD Asita DIY, Sudianto mengatakan JTF berisi serangkaian kegiatan yang berlangsung hingga tanggal 27 September 2019. JTF terdiri dari 3 jenis rangkaian kegiatan. Tiga jenis rangakaian acara itu seperti capacity building, art and cultural festival hingga yang terakhir adalah memperingati Hari Pariwisata Dunia pada tanggal 27 September 2019.
"Sebetulnya tujuan JTF ini adalah ingin menyatukan visi dan misi pariwisata DIY dari semua stakeholder yang ada di DIY. Artinya, kita ingin melebur menjadi satu dan betul-betul tanggalkan ego masing-masing untuk membuat branding Jogja lebih mendunia," katanya sembari menjelaskan JTF 2019 ini tanpa embel-embel Asita.
Puncak acara JTF yang sekaligus peringatan World Tourism Day di Gumuk Pasir Bantul, 27 September 2019. Akan tampilkan sisi yang berbeda untuk menarik wisatawan. Acara puncak itu diselenggarakan pas sunset. Dengan atraksi baru yakni 'sunset experience'. Dalam acara puncak itu ada bazar produk go green, jamming session saat sunset bersama artis lokal, foto kontes saat sunset dan puncaknya ada simponi orkestra.
Kegiatan JTF pada Sabtu (21/9) ini berupa knowledge sharing Sustainable Tourism Practice bertempat di Omah Cangkem. Sejumlah narasumber berbagi di acara ini di antaranya Singgih Raharjo (Kepala Dinas Pariwisata DIY), Octo Lampito (Pemred KR), Yusuf Sutadi (Asita DIY), Sotya Sasangka (Pusat Studi Pariwisata UGM) dan Pardiman Djoyonegoro (seniman Omah Cangkem). (erwan)