Buah Ceplukan Buah Manggis, Ini Kopi Kuning yang Manis
Judulnya nyaris berpantun. Tapi terlihat bukan pantun. Pantun biasanya empat baris. Sementara judul itu tak sampai empat baris.
Itu hanya gambaran. Menggambarkan situasi buah kopi. Juga sedikit gambaran, kecerian petani yang menatap musim panen kopi. Sekaligus harapan, agar panen kopi tahun ini sesuai dengan impian.
Buah kopi menguning. Matang. Lalu dipetik. Ini Yellow Cattura. Kopi yang memang harus kuning ketika masak. Tidak bakalan berubah merah ketika matang. Berubah hanya dari hijau menjadi kuning. Lalu dipetik, kemudian dipersiapkan olah pascapanennya.
Cherry kopi menguning ini juga manis rasanya. Manis buah. Getas seperti buah anggur bila masih fresh dan digigit. Rasa manisnya sama dengan cherry merah pada jenis kopi robusta dan arabika.
Empat atau lima tahun lalu, kopi yellow cattura sangat seksi dibicarakan. Syantik bukan main. Dikejar-kejar seperti artis. Seperti cetarnya Syahrini.
Seiring itu, di Surabaya, sampai muncul coffee shop dengan judul Cattura. Lalu ada juga Catuai. Berjalannya waktu, Yellow Cattura mereda. Tak lagi dikejar-kejar. Mungkin orang bosan mengejarnya. Karena jarang dipasaran. Bahkan tidak ada. Roasbeen maupun greenbean.
Kalau pun ada yellow cattura jumlah sedikit. Lantas diperebutkan. Sebab itu harganya ikut melambung tinggi. Kedai-kedai kecil pasti mundur teratur. Kalau pun dapat jenis kopi ini, harus berburu sampai ke Flores. Karena di sana yellow cattura seperti punya habitat. Tapi sampai di sana belum tentu kebagian. Yellow Cattura lebih memilih lenggang kangkung ke luar negeri. Ekspor. Konon harganya bagus, dan publikasi otomatis terkerek naik.
Belum mentok yellow cattura menemukan pasar lokalnya, "pasar" kopi sudah didorong mengenal Juria, Bourboun, Geisa, dan lain-lain. Berikut kopi-kopi hidden yang tak pernah dikenal sebelumnya. Akibatnya cattura tidak terdengar lagi kabar seksinya. Kalah pamor dengan pendatang-pendatang baru yang sebenarnya tidak baru itu. (Mereka sudah ada sebelumnya).
Yellow Cattura, apakah benar kini pamornya seperti artis yang beranjak menua?
"Rasanya tidak! Hanya karena kurang publikasi saja kopi yang matang warnanya kuning ini menjadi seperti kurang dilirik pencinta kopi single origin. Padahal, kalau sudah ada dipasaran kopi ini tetap dicari. Kenapa dicari? Rasanya unik, beda dengan kopi-kopi umunya," kata Chriesna Cutha Radtra, pendamping petani kopi dan prosesor kopi dari Dinas Perkebunan, Kabupaten Malang, kepada ngopibareng.id, Kamis, 27 Juni 2019.
Menurut Chriesna, tak hanya di Flores kopi ini ada. Di Jawa Timur pun ada. Bahkan petani-petani di kawasan Puthuk Gede, Gunung Arjuna, sedang mengembangkannya. Saat ini malahan sudah panen. Petani sedang menentukan proses pascapanen apa yang tepat untuk perlakuan kopi itu.
Chriesna tak menampik, petani yellow cattura yang sedang didampinginya tak memiliki pohon cukup banyak. Belum sampai berjumlah berhektar-hektar. Namun kopi itu, di lereng Puthuk Gede, bisa tumbuh dengan baik. Produktivitasnya juga baik. Sebab itu, dia mengusulkan kepada kedinasan, andaikan ada bantuan dan sebaran benih kopi jenis ini, Puthuk Gede, pasti cocok untuk pengembangan. (idi)
Advertisement