BSTF Kembangkan Intan Ruang, Metode Penetasan Telur Penyu Tanpa Pasir di Ruangan
Setelah sukses melakukan penetasan telur penyu tanpa pasir dengan metode inkubasi buatan (Intan) Box, Banyuwangi Sea turtle Foundation (BSTF) kini mengembangkan Intan Ruang. Inkubasi buatan di dalam ruangan yang di desain khusus.
Kelebihan Intan Ruang, kapasitasnya bisa mencapai 15 ribu telur. Jauh lebih banyak dibanding Intan Box yang hanya berkapasitas kurang lebih seribu butir telur.
Intan ruang berada sekretariat BSTF, di Jl. KH Wahid Hasyim nomor 42, Banyuwangi. Meski kapasitasnya cukup besar, dimensi ruang Intan Ruang ini sebenarnya cukup kecil. Panjangnya 4 meter, lebar 1 meter dan tinggi sekitar 3 meter.
“Saat ini Intan Ruang sudah berisi 4.814 butir telur,” jelas Founder BSTF, Wiyanto Haditanojo, Rabu, 5 Juni 2024.
Sama seperti Intan Box, ruangan ini didesain khusus sehingga suhu di dalam ruangan berada antara 27,5 sampai 29,5 derejat celcius dan kelembapan 80 gram per meter kubik. Dengan kelembapan tersebut dapat menghasilkan anak penyu atau tukik berjenis kelamin jantan. Intan Box sudah terbukti 90 persen menghasilkan tukik berjenis kelamin jantan.
Wiwit, panggilannya, menyebut, Inkubasi buatan ini memang bertujuan untuk menghasilkan tukik berjenis kelamin jantan. Sebab, saat musim bertelur, penyu betina membutuhkan 4 sampai 6 ekor penyu jantan untuk membuahi telurnya. Jika tidak dibuahi penyu jantan, telur yang dihasilkan penyu betina tidak akan bisa menetas.
“Karena pemanasan global, penetasan di alam cenderung menghasilkan tukik betina,” terangnya.
Dijelaskannya, dengan menggunakan Intan Box atau Intan Ruang, telur penyu tersebut akan menetas dalam waktu 55 sampai 65 hari. Selanjutnya, setelah seluruh telur menetas, tukik akan dilepasliarkan di laut.
Telur-telur penyu yang ditetaskan di Intan Ruang ini, menurutnya, didapatkan dari sarang penyu yang berada di sepanjang pantai Banyuwangi. Mulai dari pantai Cacalan sampai mendekati pantai Muncar. Ratusan telur itu diantar oleh warga ke sekretariat BSTF untuk ditetaskan.
Dia bersyukur, saat ini kesadaran warga sudah mulai tumbuh untuk ikut melestarikan penyu. Sehingga, warga tidak lagi memperdagangkan telur penyu yang ditemukan.
Tumbuhnya kesadaran warga ini tidak lepas dari edukasi yang dilakukan Wiwit dan seluruh anggota BSTF. Edukasi kepada masyarakat sudah dilakukan sejak tahun 2014. Dengan gigih Wiwit datang ke masyarakat yang bermukim di sekitar pantai.
"Awalnya banyak kendala untuk memberikan pemahaman kepada warga, tapi terus kita lakukan edukasi sehingga akhirnya warga ikut peduli kelestarian penyu, ” ungkapnya.
Di Banyuwangi, musim bertelur penyu terjadi antara bulan Maret hingga Juli. Puncaknya, biasanya berada pada pada bulan Juni. Di wilayah ini, umumnya penyu yang bertelur adalah jenis lekang. Musim bertelur ini, kata Dia, berbeda-beda di tiap daerah.
Dalam satu sarang, rata-rata penyu bisa menghasilkan sekitar 100 butir telur. Biasanya, seekor penyu akan bertelur sebanyak empat kali. Dengan jarak masing-masing 14 hari. Masing-masing sarang yang digunakan bertelur biasanya berjarak kurang lebih 200 meter.
“Penyu lekang itu biasanya mulai bertelur antara usai 20-25 tahun, lokasinya di sekitar pantai tempat dia dilepasliarkan,” pungkasnya.
Advertisement