Bromo Kembali ‘Batuk’, Wisatawan Disarankan Bermasker
Sejak dua hari ini, Gunung Bromo kembali "batuk" dengan menyemburkan abu vulkanis. Selain tidak boleh mendekati kawah Bromo dalam radius 1 kilometer, wisatawan disarankan memakai masker.
"Semburan abu vulkanis tipis tidak sampai merusak tanaman, tetapi cukup mengganggu pernapasan dan pedih jika terkena mata," ujar Santoso, warga Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Kamis, 14 Februari 2019.
Hujan abu vulkanis juga dirasakan para murid dan guru di kawasan lereng atas Gunung Bromo.
"Sejumlah kepala sekolah di Ngadisari, Ngadas, Jetak, Wonotoro, dan Wonokerto pun meminta bantuan masker," ujar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sukapura, Sutono.
Mendengar permintaan para kepala sekolah, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi mengaku, siap mendistribusikan masker.
"Kami akan menyalurkan ribuan masker kepada para sekolah-sekolah di lereng Bromo melalui PGRI," ujarnya.
Terkait bahaya abu vulkanis bagi wisatawan juga diungkapkan Kepala Seksi Pengelolaan Wisata Wilayah 1 TNBTS, Sarmin.
"Memang ada semburan abu vulkanis di pagi hari, sebaiknya wisatawan memakai masker," ujarnya.
Dikatakan wisatawan tetap diperbolehkan memasuki Lautan Pasir (Kaldera) Bromo asalkan tidak mendekati kaki Bromo dalam radius 1 kilometer. "Bromo masih berstatus Waspada atau Level II," ujar Sarmin.
Yang jelas, Gunung Bromo menunjukkan, terlihat kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih, kelabu, dan coklat dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 50-700 m di atas puncak kawah.
Sedangkan untuk kegempaan tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-5 mm (dominan 1 mm). (isa)
Advertisement