BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah fokus pada pemuliaan tanaman cabai dengan tujuan mengembangkan varietas yang tahan terhadap kondisi kekeringan.
Penelitian ini melibatkan pendekatan seleksi multi indeks, yang menggunakan beberapa indeks untuk menilai toleransi tanaman cabai terhadap kekeringan.
Dua dari enam indeks yang diterapkan adalah Indeks Sensitivitas Kekeringan (ISK) dan Indeks Toleransi (TOL).
Proses seleksi multi indeks melibatkan beberapa langkah penting: pengumpulan data produksi cabai dari lingkungan kering dan kontrol, penggunaan formula setiap indeks untuk data, penyusunan ranking genotipe berdasarkan hasil setiap indeks, serta pengelompokkan genotipe melalui analisis berbasis clustering.
Metode ini bertujuan meningkatkan akurasi penilaian toleransi kekeringan dengan mengatasi keterbatasan dari masing-masing indeks.
Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Hortikultura BRIN, Peni Lestari mengungkapkan pemuliaan tanaman cabai merupakan proses kompleks yang melibatkan identifikasi keragaman genetik, pemilihan calon tetua, persilangan, seleksi, pengujian, dan akhirnya merilis varietas baru.
"Variasi genetik memungkinkan pemilihan genotipe unggul dan pengembangan varietas baru dengan karakteristik yang dibutuhkan," kata Peni saat mempresentasikan materi “Peningkatan Akurasi Seleksi Toleransi Kekeringan Menggunakan Multi Indeks pada Koleksi Sumber Daya Genetik Cabai” dalam webinar HortiActive seri #9, dikutip di laman resmi BRIN, Selasa 17 September 2024.
Peni menjelaskan pentingnya pengembangan varietas cabai yang tahan terhadap kekeringan, mengingat data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai. Varietas cabai yang tahan kekeringan diharapkan dapat membantu petani dalam menjaga produksi meski dalam kondisi ekstrem.
Beberapa varietas cabai lokal yang telah diidentifikasi memiliki toleransi kekeringan. Di antaranya varietas Arisa, Genie, dan Hot Banana dari Capsicum annuum, serta Viola, Perbani, Harita, dan Nazla dari Capsicum annuum, Hiyung dari Capsicum frutescens, dan Fatalii dari Capsicum chinense.
Varietas-varietas ini menunjukkan potensi yang baik dalam mempertahankan produksi di lingkungan kering dan merupakan sumber daya genetik penting untuk pemuliaan di masa depan.
"Menjaga produksi di bawah cekaman kekeringan merupakan indikator utama toleransi kekeringan," tegas Peni.
Dengan pengembangan varietas cabai toleran kekeringan, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan membantu petani menghadapi tantangan iklim yang semakin ekstrem.
Peni menekankan apabila varietas cabai yang ditanam sudah toleran kekeringan, petani itu akan lebih mudah untuk menyelamatkan produksi sehingga pada akhirnya cabai yang dihasilkan bisa bersaing dengan cabai di pasaran dan bisa diakses oleh konsumen, di sinilah pentingnya menggunakan varietas cabai toleran kekeringan.
“Total varietas cabai yang diidentifikasi toleransinya adalah 24 varietas, beberapa di antaranya adalah varietas lokal. Tolok ukur tanaman toleran kekeringan adalah mampu mempertahankan produksi tetap baik, artinya memiliki produksi yang stabil baik pada kondisi kekeringan. Produksi menjadi tolak ukur atau menjadi hal yang utama dalam seleksi untuk toleransi kekeringan,” tuturnya.