Brian, Siswa SMK di Cepu Belajar Otodidak Merakit Pesawat Terbang
Miniatur pesawat baling-baling Citilink jenis ATR 72, terparkir di teras SMK Muhammadiyah 2 Cepu Kabupaten Blora, Sabtu 14 Oktober 2023. Minitaur pesawat ini bukan dibuat oleh tangan profesional, akan tetapi karya dari tangan siswa kelas 11 jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik
Dia akrab dipanggil Brian. Saat itu, dia berdiri di samping miniatur pesawat rakitannya yang memiliki panjang badan pesawat (fuselage) 3 meter, dan panjang sayap (wingspan) 3,5 meter. Material pesawat didominasi styrofoam, ringan. Memudahkan pesawat untuk terbang.
Di dalam badan pesawat Citilink ATR 72 itu terdapat rangkaian kelistrikan untuk penunjang. Termasuk delapan unit baterai yang biasa digunakan untuk rokok elektrik. Bisa diterbangkan selama 10 menit, dengan dukungan daya yang ada.
Anak laki-laki itu memiliki nama lengkap Ahmad Brian Rozaki, berusia 16 tahun. Dia berasal dari Kecamatan Kedungtuban. Suka sekali bermain dengan dunia kelistrikan. Sejak masih duduk dibangku kelas 8 SMP, dia sudah terbiasa otak-atik barang elektronik.
Hingga akhirnya, dia tertarik untuk merakit pesawat mainan. Brian belajar otodidak. Dari kanal YouTube maupun grup media sosial. Puluhan pesawat yang berhasil dia rakit.
Ada yang gagal. Tidak sedikit pula yang berhasil diterbangkan. Banyak juga rekaman hasil karyanya yang dia bagikan di kanal YouTube pribadi.
Tidak terkecuali miniatur pesawat Citlink, yang berhasil dia rakit. Pernah diterbangkan di area Bandara Ngloram. Remote kontrol sebagai navigasinya. "Perlu satu tahun untuk merakit dan menyelesaikan ini. Tapi kalau mau serius, dalam waktu dua bulan bisa selesai," ujarnya.
Semangatnya untuk belajar. Mengeksplorasi kreativitas. Tidak lepas dari dukungan kedua orang tuanya, Sutari dan Umiasih. "Orang tua sangat mendukung," ungkapnya.
Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Untuk membuat satu unit pesawat, bisa menghabiskan uang Rp1 juta sampai Rp2,5 juta. Itu digunakan untuk segala tetek bengek dan komponen yang dibutuhkan. Tidak terkecuali remote kontrol.
Dia mengungkapkan bagian paling sulit dalam merangkai pesawat. "Paling sulit menemukan gravitasinya. Artinya tidak berat ke depan maupun belakang. Tidak berat ke samping kanan maupun ke kiri. Supaya saat terbang bisa tenang dan seimbang," ungkapnya.
Advertisement