Diprediksi Harga Beras Turun Hingga April
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi penurunan harga beras di bulan Februari terus berlangsung sampai Maret dan April nanti. Hal ini dikarenakan melimpahnya pasokan beras dari hasil panen petani sejak Februari lalu. Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, penurunan harga beras dalam dua bulan ke depan sejalan dengan penurunan harga gabah di tingkat petani.
"Harga gabah di tingkat petani turun tajam, 2,41 persen, itu akan berimbas ke harga beras. Saya kira, harga beras akan berperan dalam menjaga inflasi atau deflasi kecil di Maret," jelas Sasmito, Rabu (1/3).
BPS mencatat, harga semua jenis beras mengalami penurunan pada bulan lalu. Tercatat, harga beras premium turun 0,24 persen menjadi Rp9.408 per kilogram (kg), harga beras medium turun 0,57 persen menjadi Rp9.048 per kg, dan harga beras berkualitas rendah merosot sampai 0,99 persen menjadi Rp8.584 per kg.
Penurunan harga beras juga berdampak pada harga gabah di tingkat petani yang merosot hingga 2,41 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya sehingga rata-rata harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp4.639 per kg. Rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani sebesar Rp5.525 per kg atau merosot 0,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Ini karena musim panen raya, di sisi lain, cuaca kurang mendukung, cuaca basah sehingga harga gabah dan beras menurun," kata Sasmito.
Kepala BPS Suhariyanto mencatat, penurunan harga gabah rupanya berdampak negatif pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang ikut menurun sebesar 0,58 persen, yakni dari 100,91 menjadi 100,33. Khususnya, lanjut Suhariyanto, penurunan harga gabah membuat NTP sektor tanaman pangan anjlok hingga 1,61 persen, dari semula 97,68 menjadi 96,11.
"Komoditas yang mempengaruhi harga yang diterima petani adalah harga gabah. Harga gabah ini memang turun," ujar Suhariyanto pada kesempatan yang sama.
Namun, Suhariyanto memastikan, musim panen petani yang berjalan sejak Februari lalu memang membuat NTP seret di hampir semua sektor. "Untuk sektor hortikultura mengalami penurunan tipis karena meski trennya turun tapi harga cabai rawit dan bawang merah mengalami peningkatan," imbuhnya. (hrs)