BPS: Kanaikan Tarif Listrik Kerek Tingkat Inflasi
Jakarta: Kenaikan tarif listrik yang mulai berlaku dipastikan akan mengerek inflasi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memastikan, kanaikan tarif listrik untuk rumah tangga 900 VA nonsubsidi menjadi penyumbang utama tingkat inflasi pada April 2017 sebesar 0,09 persen.
"Penyesuaian tarif listrik ini dampaknya lebih besar, dibandingkan Maret. Terutama bagi pascabayar, yang rata-rata membayar lebih tinggi," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 2 Mei 2014.
Dengan inflasi April tercatat 0,09 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2017 telah mencapai 1,28 persen. Sedangkan inflasi secara tahunan (year on year) sebesar 4,17 persen.
Suhariyanto menjelaskan, kenaikan tarif listrik tersebut memberikan kontribusi besar kepada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Untuk kelompok ini mengalami inflasi pada April sebesar 0,93 persen.
"Kelompok perumahan ini menyumbang inflasi cukup tinggi, namun untungnya bisa dinetralisir oleh kelompok bahan makanan," katanya.
Kelompok pengeluaran lain yang menyumbang inflasi adalah kelompok sandang yang tercatat inflasi 0,49 persen. Juga kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami inflasi 0,27 persen.
"Kelompok sandang dipengaruhi oleh harga emas perhiasan yang bergerak naik di pasar internasional. Untuk kelompok transportasi terjadi karena kenaikan tarif angkutan udara dan tarif pulsa ponsel," ujar Suhariyanto.
Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ikut mengalami inflasi 0,12 persen, diikuti kelompok kesehatan 0,08 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen.
"Inflasi kelompok makanan jadi dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok dan rokok kretek filter, meski harga gula pasir mengalami penurunan," ungkapnya.
Namun, kelompok bahan makanan mengalami deflasi pada April sebesar 1,13 persen, sehingga menekan pergerakan inflasi, karena turunnya harga komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, daging sapi, ikan segar dan telur ayam ras.
"Meski demikian, ada beberapa komoditas yang harus menjadi perhatian pemerintah, seperti bawang putih, daging ayam ras, tomat dan jeruk, karena masih menyumbang inflasi," tambah Suhariyanto.
BPS juga mencatat dari 82 kota IHK pada April 2017, sebanyak 53 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,28 persen dan Cilacap 0,01 persen.
Sementara itu, sebanyak 29 kota menyumbang deflasi, dengan deflasi tinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dan deflasi rendah di DKI Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen.
Sebelumnya, pada Maret 2017, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, karena turunnya berbagai harga pangan di kelompok bahan makanan. (Frd/ant)
Advertisement