BPOM Musnahkan Produk Ilegal Rp5 Miliiar, Mayoritas Kosmetik
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya memusnahkan berbagai jenis produk ilegal pada Senin, 19 Desember 2022. Dari sekian banyak barang bukti tersebut, mayoritas adalah kosmetik.
Kepala BPOM Surabaya, Rustyawati mengatakan, sejumlah barang bukti yang dimusnahkan tersebut berasal dari 10 perkara. Dan semua kasus sudah diputuskan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya atau incracht.
“(Produk ilegal yang dimusnahkan) sudah incracht dan sudah ada putusan pengadilan. Total yang dimusnahkan kalau nilai ekonominya Rp5,6 miliiar,” kata Rustyawati, di Kantor BPOM Surabaya.
Rustyawati menyebut, ada 911 produk kosmetik ilegal (210.282 pcs), senilai Rp4.333.407.950. Sebanyak 202 merek obat tradisional ilegal (47.593 pcs), dengan nilai Rp675.694.000.
Kemudian, sembilan produk bahan pangan tanpa izin edar sebanyak 75.005 pcs dengan nilai Rp622.380.000, obat keras 549 produk (900 pcs) nilainya Rp28.393.000, serta dua produk obat tanpa izin edar, sebanyak 26 pcs, senilai Rp28.393.000.
“Untuk total produk yang dimusnahkan ada 1.673 item, 333.806 pcs. Paling banyak kosmetik, sebarannya paling banyak di Surabaya,” jelasnya.
Rustyawati sendiri memantau pemusnahan tersebut secara virtual di Kantor BBPOM Surabaya. Sedangkan, proses penghancuran barang bukti produk ilegal dilakukan di Lawang, Malang.
Lebih lanjut, seluruh produk ilegal yang dihancurkan tersebut beredar di pasar tradisional, serta toko jamu. Sebab, para pemilik apotek akan takut dengan sanksi yang akan diterima.
“Rata-rata produk ini dijual enggak di apotek, karena pengawasan kami ketat. Jadi kalau mereka menjual pasti sanksi kami tegas. Ini dijualnya di pasar, kios jamu kecil yang bukanya malam,” ucapnya.
Meski demikian, BPOM Surabaya sendiri bakal terus melakukan pembinaan kepada para pedagang produk ilegal tersebut. Mengingat kandungannya yang berbahaya bagi konsumen.
“Aspek pembinaan kami berikan terus menerus, kadang kami lakukan penindakan, tapi kios kecil hanya menjual eceran. Jadi nanti ditarik, kita cari lagi siapa yang distributornya atau produsennya,” ujarnya.