BPJN XVII Manokwari Libatkan Warga Sekitar, Tangani Ruas Kebar
Upaya untuk membuka isolasi Papua Barat dengan membangun Trans Papua terus dikerjakan oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XVII Manokwari. Misalnya saja, ruas Gunung Pasir-Kebar-Snopy-Jalan Sisu.
Jalan sepanjang lebih 110 km yang masuk dalam bagian Trans Papua Segmen I ini, akhir November 2018, tinggal 19,1km yang kondisinya masih berupa urugan pilihan (japat) belum terlapisi aspal.
Untuk memperbaiki jalan yang telah teraspal tersebut, tahun ini ada dua item paket penanganan ruas Kebar-Ayawasi. Yakni satu paket rekonstruksi jalan dan satu pembangunan jembatan. Semuanya single years dan selesai tahun ini.
"Secara teknis, kendala hampir tidak berarti dan kalau pun ada juga cepat teratasi," kata Pejabat Pembuat Komitmen 1.02 Satker PJN Wilayah I Manokwari Gallain Ginanjar ST, selaku pihak yang berwenang dalam pengawasan dan kelancaran ruas tersebut, Kamis 29 November 2018.
Gallain Ginanjar mencontohkan kendala yang dihadapi misalnya material batu yang terbatas lokasi. Kemudian ketersediaan material, sehingga harus berkoordinasi dengan masyarakat setempat. Kata dia, kendala yang ringan dihadapi saat menjalankan proyek ini tak lepas dari kondisi geografis yang ramah. Karena Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw didominasi padang sabana datar.
Selain itu, komunikasi persuasif dengan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi proyek, memperkuat dukungan dari sisi sumber daya manusia (SDM). Hal ini diakui Gallain sebagai bentuk keterlibatan aktif warga lokal pada proyek-proyek strategis pemerintah di Kebar seperti Trans Papua.
Asal tahu saja, dalam melaksanakan proyek ini tak seluruhnya pekerjaan dikerjakan oleh kontraktor, melainkan ada pula yang melibatkan masyarakat lokal sebagai sub kontraktor. Tujuannya untuk memberdayakan secara ekonomi masyarakat sekitar dan menumbuhkan rasa memiliki atas ruas tersebut.
“Jadi masyarakat lokal kita libatkan sebagai sub kontraktor dalam beberapa penanganan. Misalnya pembuatan drainase atau pengerjaan lain yang bisa dilakukan tanpa ketrampilan atau alat khusus. Untuk pekerjaan utama tetap dilakukan oleh kontraktor yang memenangkan paket penanganan di ruas Kebar-Ayawasi. Proyek ini kan juga untuk kepentingan warga Kebar sehingga warga bisa merasakan dan turut bertanggungjawab ketika jalan ini sudah fungsional. Alhamdulillah, masyarakat mendukung seperti yang ditunjukkan Ketua Kampung Njoi,” sebut Gallain.
Hal ini dibenarkan Wijayanto ST, MT, Kepala Satker PJN Wilayah I Papua Barat, Manokwari. Pengerjaan padat karya dengan keterlibatan warga di sekitar proyek, bisa dijadikan model dalam antisipasi kendala non teknis yang kerap terjadi pada proyek-proyek infrastruktur di pedalaman. BPJN XVII Manokwari sebagai institusi yang berwenang, tidak ingin Trans Papua yang bakal jadi pembuka akses darat pedalaman Papua Barat dari keterisolasian, tersendat hanya karena kendala teknis maupun non teknis.
“Trans Papua ruas Manokwari-Kebar di Segmen I dan Manokwari-Wameh di Segmen II itu tanggung jawab kami. Selama ini rutin dalam perawatan jalan. Tentu saja jangan sampai putus atau tidak berfungsi karena merupakan jalan nasional. Apalagi di Distrik Kebar. Di sana banyak potensi alam yang siap menunggu diolah untuk kepentingan warga. Kelancaran akses jalan di ruas ini sangat dibutuhkan warga lokal,” terang pria kelahiran asli Papua tersebut.
Dalam paparan BPJN XVII Manokwari tentang potensi industri di Trans Papua Segmen I, Kebar sangat layak dikembangkan sebagai daerah pemasok daging sapi nasional. Potensi menjadi kawasan industri peternakan skala besar sangat terbuka. Kondisi alamnya yang sebagian besar didominasi padang rumput hampir mirip dengan industri peternakan sapi di Amerika atau Australia. Bahkan, kendati berada di dataran tinggi, kebutuhan air tanah sangat melimpah. “Di Kebar hampir tidak mengenal musim kemarau. Sering hujan, sehingga tidak khawatir krisi air di sini,” cetus Wijayanto.
Selain itu, potensi wisata alam yang ada di Kebar juga sangat besar. Frederik Hendrik Njoi Kepala Kampung Njoi mengatakan, ada pemandian air panas dan air terjun tingkat tujuh di wilayahnya. Selama ini karena belum terkelola dengan optimal, belum bisa menyerap pemasukan dari wisatawan yang datang berkunjung. Jadi, kalau mau merasakan sensasi sebagai penggembala sapi seperti di film-film western Amerika, tidak perlu lagi ke Texas. Cukup ke Distrik Kebar, Texas-nya tanah Papua. (gem)
Advertisement