BPJN XVII Manokwari Gerak Cepat Atasi Longsor di Maruni-Oransbari
Kendala alam menjadi pekerjaan berat Balai Pengerjaan Jalan Nasional (BPJN) XVII Manokwari dalam membangun Trans Papua Barat. Seperti yang terjadi di kawasan Tanah Rubuh. Dua titik longsor yang terjadi membuat akses transportasi darat satu-satunya dari dan ke Bintuni-Manowari Selatan (Mansel) tersendat.
“Kita sudah memberi pengertian kepada masyarakat pengguna jalan. Solusi agar tidak terputus total yakni dengan melakukan sistem buka tutup. Sehingga masyarakat masih bisa beraktivitas dan pengerjaan proyek perbaikan tetap berjalan di ruas jalan yang masuk segmen dua Trans Papua Barat ini,” Paimin ST, PPK.1.01 Satuan Kerja PJN Wilayah 1 Manokwari, ketika meninjau titik longsor, Kamis 22 November 2018.
Titik pertama ada di ruas Maruni-Oransbari Kilometer 50. Kondisi alam berbukit yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik menjadi rawan. Padahal dalam pengerjaan awal, sebenarnya sudah ada antisipasi dua gerakan alam. Yakni abrasi yang datang dari arah laut dan longsor dari perbukitan yang masih masuk dalam rangkaian Pegunungan Arfak.
“Dulu jalan tinggal separuh akibat abrasi. Semakin rawan setelah terjadi longsor. Pernah ada batu cukup besar runtuh. Beruntung tidak ada masyarakat pengguna jalan yang menjadi korban,” tambah lelaki asal Klaten, Jawa Tengah tersebut.
Untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, di tahun anggaran 2018, ruas di titik longsor ini diperbaiki dan diperlebar. Bahu jalan untuk memperkuat dari terjangan abrasi dibeton. Sedangkan di sisi bukit yang menjulang sekitar 60 meter dikepras dan dibuat model trap agar kemiringan tidak lagi begitu terjal. Penanganan ini ditarget rampung 31 Desember 2018.
“Penanganan cepat dan efektif memang sangat diperlukan. Karena titik longsor ini merupakan akses darat satu-satunya dari dan ke Kabupaten Bintuni ke Mansel. Selain itu, dengan adanya pelebaran ruas jalan, menjadi spot tersendiri bagi penyuka wisata alam karena pemandangan di sini sangat indah. Apalagi menjadi satu rangkaian dengan tanjakan Acimo dan Sayori,” sebut Nurul Hidayanto kontraktor proyek penanganan longsor di KM 50.
Hanya saja, menurut pria asli kelahiran Oransbari keturunan transmigran asal Pulau Jawa ini, penanganan proyek sempat terkendala hujan deras yang mengguyur beberapa hari belakangan. Otomatis, pengerjaan pun dihentikan sebagai antisipasi keselamatan.
“Akhir tahun memang sering turun hujan. Karena dituntut target, kita mengerahkan empat excavator dan satu breaker untuk mempercepat pengerjaan agar masyarakat bisa kembali menggunakan jalan ini dengan aman,” tutupnya. (gem)