BPBD Probolinggo Usulkan Status Tanggap Bencana Banjir
Terkait bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda empat desa di Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat sedang mengajukan status tanggap darurat bencana.
Sisi lain, sebagian elemen mahasiswa ekstra kampus mulai menggalang dana untuk korban banjir di lereng Gunung Argopuro dan Gunung Lemongan.
"Saat ini kami akan mengajukan Nota Dinas kepada Pimpinan Daerah terkait Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir, Rob, Tanah Longsor dan Cuaca Ekstrem," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo, Anung Widiarto, Kamis, 13 Desember 2018.
Pertimbangannya, dalam satu bulan terakhir intensitas kejadian bencana di awal musim hujan sangat sering terutama dampak banjir dan tanah longsor.
Selain merilis dua korban tewas yakni, Siti Munawaroh, 19 tahun dan Akbar Maulana, 10 tahun yang tertimpa tanah longsor, BPPD juga melaporkan kerusakan fisik akibat banjir dan tanah longsor di Kecamatan Tiris.
Yakni, rusaknya Jembatan Krajan – Kebun Teh (Jembatan Lawang Kedaton), Jembatan Campoean (dekat Kantor Desa Andungbiru), dua Jembatan Tiris di RT 23, 1 Jembatan Tiris di RT 24.
Kerusakan fisik juga dialami 1 Ponkesdes Andungbiru (rusak ringan), 1 Kantor Desa Andungbiru (rusak ringan), 29 rumah warga di Dusun Kedaton (rusak sedang), 24 rumah warga di Dusun Lawong Kedaton (rusak sedang).
Masih kerusakan rumah, 10 rumah rusak sedang di Dusun Campoean, dan 1 rumah rusak sedang di Dusun Krajan. “Sebanyak 12 ekor kambing dan dua ekor sapi dilaporkan hanyut dibawa banjir,” ujar Anung.
Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Kecamatan Tiris menggugah Himpunan Mahaiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggalang dana. HMI Cabang Probolinggo menggalang dana di Simpang Tiga King (Jalan Gatot Subroto dan Jalan Panglima Sudirman), Kamis.
“Penggalangan dana diharapkan dapat meringankan beban korban banjir di Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris,” ujar Ketua umum HMI Cabang Probolinggo, Abu Hanifah.
Sementara sejumlah aktivis PMII di Institut Ilmu ke-Islaman Zainul Hasan (Inzah) Genggong,Kabupaten Probolinggo menggalang dana traffic light di Kelurahan Kraksaan Wetan, Kamis.
Koordinator lapangan (Korlap) penggalangan dana PMII, Abdul Qohar (20) mengaku, sempat membaca berita Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari yang memarahi anak buahnya karena kurang cepat dan tanggap pasca banjir dan tanah longsor di Tiris.
"Penyebab marahnya Bupati Tantri, lantaran bawahannya yang lamban memberikan penanganan terhadap korban bencana alam. Kami mencoba sedikit meringankan beban korban banjir," katanya.
Sementara itu Pemkot Probolinggo yang merupakan “tetangga dekat” Kabupaten Probolinggo belum tergerak membantu korban banjir dan tanah longsor di Tiris. Soalnya, Pemkot Probolinggo masih menunggu instruksi walikota.
"Sementara kami masih berkoordinasi dengan BPBD setempat. Untuk mendata apa saja yang dibutuhkan. Kami menunggu info lanjutan kalau memang dibutuhkan," kata Kepala BPBD Kota Probolinggo, Prijo Djatmiko, Kamis.
Dikatakan Pemkot Probolinggo juga belum melakukan penggalangan dana di kalangan aparatur sipil negara (ASN) karena memang belum ada perintah atau instruksi. (isa)
Advertisement