BPBD Ponorogo Gelar Simulasi Tanggap Bencana di Lingkungan Sekolah pada Siswa
Guna meningkatkan kesiapsiagaan siswa dan tenaga pendidik dalam menghadapi bencana alam, terutama banjir, gempa bumi, dan kebakaran di lingkungan lembaga sekolah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur bersama BPBD Ponorogo menggelar simulasi kebencanaan di SMKN 2 Ponorogo Jumat, 14 Februari 2025.
Simulasi diawali dengan skenario gempa bumi. Saat sirine berbunyi seketika itu para siswa dan guru segera berlindung di bawah meja. Setelah sirine kedua berbunyi, mereka melakukan evakuasi mandiri ke titik kumpul di lapangan sekolah. Petugas kesehatan turut mengevakuasi siswa yang mengalami luka ringan serta memberikan bantuan psikososial bagi yang mengalami trauma.
Selain simulasi gempa bumi, peserta juga mendapatkan pelatihan pemadaman api. Hal ini dilakukan karena SMKN 2 Ponorogo memiliki berbagai alat praktik yang berisiko tinggi terhadap kebakaran, seperti kompor gas dan bahan kain untuk praktik kejuruan.
Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, menjelaskan SMKN 2 Ponorogo termasuk sekolah yang rawan bencana. Sekolah ini sering terdampak banjir akibat lokasinya yang lebih rendah dan dikelilingi tiga sungai besar. Selain itu juga memiliki potensi kebakaran akibat peralatan praktik.
“SMKN 2 Ponorogo itu lokasinya menjadi langganan banjir. Posisinya lebih rendah dan diapit beberapa sungai, sehingga sudah beberapa kali mengalami banjir. Guru, siswa, dan komite sekolah harus memahami ancaman ini dan tahu bagaimana cara menyelamatkan diri,” ujar Masun.
Ia menambahkan bahwa selain memahami ancaman, masyarakat harus dibekali keterampilan mitigasi bencana. “Edukasi dan simulasi seperti ini akan dilakukan secara berkelanjutan di sekolah-sekolah lain yang juga berisiko tinggi terhadap bencana” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 2 Ponorogo, Farida Hanim Handayani, mengapresiasi program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang diberikan BPBD Jatim dan BPBD Ponorogo. Menurutnya, program ini sangat penting bagi warga sekolah yang selama ini sering menghadapi bencana banjir.
“Kegiatan ini baru pertama kali diadakan di sekolah kami. Harapan kami, warga sekolah bisa tanggap dan tahu tindakan yang harus dilakukan saat terjadi bencana, sehingga bisa meminimalisir kerugian,” ungkap Farida.
Ia juga mengungkapkan bahwa SMKN 2 Ponorogo sudah mengalami tiga kali banjir besar, yakni pada tahun 2007, 2019, dan 2024. “Adanya bencana tentu harus disadari oleh siswa dan tenaga pendidik. Tidak hanya mampu menyelamatkan diri tetapi juga bisa mengamankan aset sekolah saat bencana terjadi,” terangnya.
Advertisement