BPBD Jember Siagakan Relawan, Logistik Hingga Tenda Edukasi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember menyiagakan ratusan jenis logistik dan relawan bencana, Senin, 4 Desember 2023. Pada kesempatan itu, tenda edukasi bencana dan keluarga tanggap bencana turut diluncurkan.
Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan, semua jenis bencana berpotensi terjadi di Kabupaten Jember, mulai banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, kebakaran hutan, gempa bumi, dan tsunami. Dalam upaya menangani bencana longsor, BPBD Jember bersama instansi dan para relawan telah melakukan reboisasi.
Reboisasi tersebut tiga di antaranya dilakukan di kawasan Gunung Pasang, Kecamatan Panti, Bukit Trembesi, Kecamatan Tempurejo, dan perkebunan Jompo, Kecamatan Sukorambi.
Selain itu, terkait kesiapan relawan, BPBD Jember melibatkan 114 komunitas relawan dengan berbagai keahlian dan peralatan, termasuk dari komunitas drone Jember. Bahkan, pasca sukses membentuk Destana (Desa Tanggap Bencana) Pemkab Jember kini menghidupkan kembali keluarga tanggap bencana (Katana).
Setelah memastikan kesiapsiagaan relawan, BPBD Jember juga menyiagakan logistik bencana. Semua peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan bencana dipastikan tersedia, baik penanganan bencana di laut maupun darat.
Selain itu, BPBD Jember tahun ini menyiapkan tenda edukasi bencana. Dalam tenda tersebut masyarakat bisa mengenal rambu-rambu bencana.
Masyarakat juga bisa belajar mengenal tanda-tanda bencana dan tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi bencana, mulai dari bencana Gunung Merapi, banjir, karhutla, tsunami, dan bencana lainnya.
Rambu-rambu tersebut nantinya akan pajang di berbagai tempat di Kabupaten Jember, khususnya di lokasi rawan bencana.
“Potensi bencana di Jember cukup banyak, semua jenis bencana ada di Jember. Karena itu kita perlu menyiagakan relawan dan logistik dan rumah edukasi. Ini bukan berarti menunggu bencana, namun sebagai ikhtiar agar siap jika nanti terjadi bencana,” katanya.
Hendy berharap dengan adanya tenda edukasi bisa meningkatkan kehati-hatian masyarakat. Bahkan masyarakat nantinya bisa melakukan penyelamatan secara mandiri dengan cepat dan tepat saat terjadi bencana.
“Kesiapan masyarakat sangat penting. Kami meminta Camat sampai Ketua RT dan pemuda agar terus memantau perkembangan situasi di daerah masing-masing, khususnya saat terjadi hujan secara terus menerus,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Jember Widodo Julianto mengatakan, berdasarkan evaluasi, ditemukan sejumlah penyandang disabilitas tuli yang turut menjadi korban. Sejauh ini, relawan terkadang mengalami kesulitan memahami bahasa mereka.
Karena itu, BPBD Jember melibatkan Pertuni Jember untuk mengenalkan penggunaan bahasa isyarat bagi para relawan. Relawan yang merupakan perwakilan relawan BPBD Jember dan Desa Tanggap Bencana (Destana) belajar sambil mempratikkan penggunaan bahasa isyarat tersebut.
Widodo berharap, dengan adanya pengenalan bahasa isyarat tersebut dapat mempercepat penanganan pasca bencana, khususnya pemulihan psikologi dan kesehatan korban yang berasal dari kalangan penyandang disabilitas. Bahkan, pemberian pelatihan bahasa isyarat juga diharapkan menjadi motivasi bagai para penyandang disabilitas menjadi relawan bencana.
"Tidak semua yang kita tangani pasca bencana merupakan masyarakat normal. Namun juga ada dari kalangan disabilitas," pungkasnya.