BPBD Jember Gelar Simulasi Penanganan Gempa Berpotensi Tsunami
Simulasi gempa berkekuatan 7.0 SR mewarnai apel kesiapsiagaan bencana nasional di Alun-alun Jember, Kamis, 11 Mei 2023. Selain memastikan relawan dapat bekerja dengan cepat, simulasi itu dilakukan untuk mengedukasi masyarakat.
Dalam simulasi tersebut, warga sedang beraktivitas normal di sebuah lingkungan. Tiba-tiba bumi bergetar, terjadi gempa berkekuatan 7.0 SR.
Warga panik berhamburan keluar dari dalam rumahnya. Ada yang sudah tua renta, ada juga korban yang masih anak dan ibu hamil.
Relawan yang sudah tersebar di seluruh Jember dengan cepat melaporkan kejadian itu kepada Komandan Kodim 0824 dan Kepala BPBD Jember. Tombol sirene ditekan.
Saat itu juga relawan bergerak dengan cepat. Relawan yang menggunakan sepeda motor langsung menuju ke lokasi mengevakuasi warga korban gempa.
Disusul kemudian relawan yang mengendarai mobil, dengan cepat mengevakuasi korban. Sementara itu, puluhan relawan lainnya telah berhasil mendirikan tenda darurat dalam waktu 7 menit.
Begitu pun dengan relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) juga mendirikan posko untuk memberikan pertolongan kepada korban.
Sementara di sisi lain, ada petugas PLN yang menggunakan kendaraan skylift menangani listrik pasca gempa yang berpotensi tsunami. Sementara itu, petugas pemadam kebakaran juga terlihat sedang memadamkan api akibat korsleting listrik saat bencana gempa bumi terjadi.
Gempa bumi itu juga menyebabkan karyawan Bank Jatim Jember terjebak di dalam Gedung. Tangga darurat yang ada di dalam gedung tersebut rusak tak bisa dilalui.
Relawan langsung melakukan upaya penyelamatan vertikal. Korban berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
Kepala BPBD Jember Sigit Akbari mengatakan, simulasi penanganan bencana dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan relawan. Sebab, Kabupaten Jember berpotensi dilanda bencana, mulai banjir, tanah longsor, gunung meletus, bahkan tsunami.
“Semua potensi bencana di Jember ada, kalau banjir dan tanah longsor biasa terjadi di Jember bagian utara. Kalau tsunami berpotensi terjadi di Jember bagian selatan,” kata Sigit, Kamis, 11 Mei 2023.
Kendati demikian, Sigit berharap semua bencana tersebut tidak terjadi di Jember. Meski demikian, masyarakat perlu diberikan edukasi jika terjadi bencana.
Edukasi membentuk masyarakat sadar bencana dapat mengurangi dampak dari bencana tersebut. Sebab, masyarakat dengan sendirinya bisa melakukan penyelamatan mandiri saat terjadi bencana.
Sementara untuk kesiapsiagaan BPBD Jember sendiri, saat ini sudah memiliki ribuan relawan yang tersebar di seluruh Jember. Relawan tersebut memiliki spesialisasi tertentu, mulai dari spesialisasi penanganan longsor, pohon tumbang, banjir, dan spesialisasi lainnya.
Relawan yang aktif turun ke lokasi bencana mendapatkan fasilitas kendaraan pinjam pakai. Sehingga relawan tersebut dapat turun ke lokasi bencana secepat mungkin.
Sigit mencontohkan, BPBD Jember memilik relawan sebanyak 30 orang di Kawasan Gumitir, Kecamatan Silo, yang rawan pohon tumbang dan tanah longsor. Sehingga proses penanganan bencana tersebut dapat segera ditangani.
"Tentunya supaya bagaimana penyelamatan yang secepatnya. Apabila ada bencana yang itu sangat memerlukan waktu yang singkat untuk bisa menyelamatkan diri. Nah ini upaya yang kita lakukan. Masyarakat harus sering kali kita adakan simulasi dan agar paham langkah sesuai keinginan kita apabila terjadi bencana," tambah Sigit.
Selain memastikan kesiapsiagaan relawan, BPBD Jember juga bekerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Jember. Fakultas Teknik membantu penanganan bencana dengan menciptakan teknologi Early Warning System (EWS).
Sejauh ini sudah ada belasan EWS yang dipasang di lokasi tertentu. EWS tersebut dilengkapi kamera CCTV yang dapat dipantau jarak jauh. Selain itu, juga dapat mengirimkan peringatan sebelum bencana tersebut terjadi, khususnya banjir dan tsunami.
“Penggunaan teknologi kita bekerja sama dengan perguruan tinggi. Salah satu EWS yang masih aktif berada di Sungai Jompo, kita bisa mengetahui akan ada banjir di lokasi tersebut 25 menit sebelum terjadi,” pungkas Sigit.