BPBD Jember Gelar FGD Siaga Bencana Megathrust: Waspada, Tapi Jangan Paranoid
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Jember menggelar Focus Group Discusion (FGD) siaga bencana Megahtust, Rabu, 02 September 2024, di Aula PB Sudirman. FGD yang melibatkan 450 peserta dari berbagai unsur digelar sebagai bentuk kesiapan Jember dalam menyikapi bencana Megathrust.
Pjs Bupati Jember Imam Hidayat mengatakan, terdapat 12 desa yang tersebar di enam kecamatan di Jember yang menjadi fokus dalam melakukan mitigasi bencana Megathrust. Enam kecamatan tersebut di antaranya Tempurejo, Ambulu, Wuluhan, Puger, Gumukmas, dan Kencong.
Kendati demikian, upaya mengedukasi tidak hanya fokus pada 12 desa tersebut. Sebab, jika benar-benar terjadi Megathrust dampaknya bisa sampai keluar dari 12 desa tersebut.
“Ada informasi yang menyebut Megathrust akan menimbulkan gelombang setinggi 20 meter. Kita tidak bisa membayangkan bencana yang terjadi dalam waktu yang singkat itu berapa masyarakat yang akan menjadi korban,” katanya.
Karena itu, mitigasi dan edukasi kepada masyarakat harus selalu dilakukan. Setidaknya masyarakat bisa mengetahui jalur evakuasi ke tempat aman.
Dalam melakukan edukasi kepada masyarakat, tidak bisa hanya mengandalkan BPBD Jember saja. Namun harus keterlibatan semua pihak. Baik instansi daerah, Jawa Timur, maupun pemerintah pusat. Termasuk TNI/Polri dan ormas keagamaan.
Tak cukup sekadar sosialisasi, Imam berharap ada simulasi hingga tingkat desa. Dengan adanya simulasi tersebut, masyarakat bisa melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana. Dengan adanya simulasi, masyarakat bisa mengetahui titi-titik atau jalur evakuasi yang sudah disiapkan.
Dalam upaya mempersiapkan menghadapi bencana Megathrust, Imam meminta BPBD Jember segera membuat SOP. Dengan banyaknya SDM yang ada, BPBD Jember sebagai koordinator bisa mengatur peran setiap satuan maupun relawan.
Dengan pembagian tugas, maka edukasi terkait bencana Megathrust terhadap warga di pesisir Selatan Jember bisa maksimal. Sebab, edukasi tidak cukup melalui media sosial, karena meskipun hampir seluruh masyarakat Jember memiliki HP, namun belum tentu mengakses informasi terkai bencana Megahtust.
Karenanya, seluruh tim perlu turun langsung ke masyarakat, melalui tempat ibadah maupun dalam kegiatan masyarakat lainnya.
Lebih jauh Imam menjelaskan, tidak ada seorang pun yang menginginkan Megathrust benar-benar terjadi. Kendati demikian peningkatan kewaspadaan harus tetap dilakukan. Namun, Imam mengimbau masyarakat tidak paranoid.
“Tidak perlu paranoid dengan adanya prediksi bencana Megathrust, tetapi meningkatkan kewaspadaan menjadi keharusan. Karena itu secepatnya harus ada simulasi di wilayah pesisir Selatan Jember,” pungkasnya.
Sementara Kepala BPBD Jember Widodo Julianto mengatakan, FGD siaga bencana megathrust digelar untuk memperkuat sinergi atar pihak. Sebab, tanggung jawab kebencanaan tidak hanya menjadi tanggung jawab BPBD. BPBD hanya sekadar koordinator saja.
Dengan adanya FGD Widodo berharap semakin memperkuat sinergi antar pihak. Pasca FGD ini, BPBD Jember akan mencanangkan program desa atau kampung bencana, sebagai bentuk penguatan.
“FGD ini adalah kegiatan mitigasi terkait megathrust, khususnya bagi warga yang berada di pesisir selatan. Karena itu yang kami libatkan selain akademisi dan berbagai instansi, juga melibatkan camat dan kepala desa di pesisir selatan Jember,” pungkasnya.