Bosan Hidup di Jalan, Lima Anak Punk Jualan Sambal Penyetan
Bosan hidup di jalanan yang selalu identik dengan kekerasan, lima anak punk asal Babat Lamongan, Jawa Timur, memilih untuk gantung gitar. Mereka sepakat berhenti mengamen sejak 10 hari lalu.
Sebagai gantinya, kelima orang ini banting setir kerja di Warung Penyetan 99 di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kota Kediri, Jawa Timur. Meskipun kerja di warung makan, penampilan kelima anak punk ini tak berubah.
Sega dan kawan-kawan tetap berdandan punk rock, kuping ditindik, tangan bertato, rambut gondrong hingga pernak-pernik gelang tangan masih melekat di badan.
"Awalnya saya ketemu mereka ini lagi ngamen di perempatan traffic light LM, Babat, Lamongan sekitar pukul 21.30 WIB. Malam itu saya mengantar istri periksa ke rumah sakit. Begitu ketemu, mereka kemudian menawarkan diri minta untuk diajak kerja. Mereka lalu saya ajak ngobrol sambil minum kopi di warung, ternyata mereka ini orangnya asyik," cerita Arofik, pemilik warung penyetan 99.
Meski belum saling mengenal, Arofik begitu percaya dan ingin memberi kesempatan mereka bekerja untuk mengubah nasib.
"Aku orangnya percaya sama orang, nggak pernah ragu atau pikiran buruk. Awalnya yang ikut cuma tiga orang, ternyata dua temannya mau ikut jadi sekarang nambah jadi lima orang," tutur pria 40 tahun ini.
Kelima anak punk itu pun pindah ke Kota Kediri untuk bekerja bersama Arofik. "Saya kan dulu pernah bekerja ikut orang, jadi tahu bagaimana rasanya," sambung ayah tiga anak itu.
Selama tiga hari, kelima anak pemuda punk itu diajari cara mencabuti bulu bebek dan bulu ayam. Lalu mereka juga diajari memasak nasi hingga nguleg sambel penyetan. Mereka benar-benar niat bekerja. Tak heran jika yang diajarkan Arofik cepat ditangkap dan mereka sudah piawai jualan sambal penyetan.
"Ngajarinya mudah mereka cepet nyantol, ini karena semangat mereka untuk berubah begitu besar," ujar Arofik yang asli Babat, Lamongan ini.
Arofik memberi gaji kelima anak punk ini Rp 70.000 per hari plus sebungkus rokok. Jam kerja mereka mulai pukul 10.00 WIB. Mereka menyiapkan sambal, lauk pauk ayam dan bebek goreng hingga menanak nasi. Menginjak petang sekitar pukul 17.00 WIB, mereka lantas buka warung hingga tutup sekitar pukul 01.00 WIB.
"Sekilas jika melihat mereka ada keinginan untuk berubah, tidak menutup kemungkinan nantinya mereka memiliki usaha sendiri. Rencananya, dua atau tiga orang akan saya geser ke cabang Jalan Joyoboyo, Kediri," ujar Arofik.
Sementara itu, salah satu anak punk bernama Sega mengutarakan alasannya bekerja di warung makan penyetan. Menurutnya, ia ingin mengubah hidup sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.
"Sudah bosan hidup di jalanan selama tiga tahun, yang tidak jelas juntrungan arah hidup," tuturnya.
Selama hidup di jalanan, Sega dan kawan-kawan menggantungkan hidup dari mengamen. Selama itu, ia dan kawan-kawan selalu hidup berpindah-pindah tempat tanpa arah dan tujuan yang jelas.
"Paling jauh jalan ke Banyuwangi sampai Jakarta. Kalau ke luar Jawa belum pernah," terang pemuda yang tak lulus bangku Sekolah Dasar (SD) ini.
Sega merasa sangat bersyukur bisa diterima dan diberi kesempatan bekerja oleh Arofik. Menurutnya jarang ada orang yang mau menerima kehadiran anak punk karena penampilannya yang urakan.
"Soal penampilan, saya sebenarnya ingin berubah, tapi belum waktunya sekarang," ungkap pemuda yang pernah tersandung masalah hukum ini.
Bagi para pecinta kuliner penyetan, tidak ada salahnya untuk mencoba mencicipi racikan sambal penyetan kelima anak punk ini. Ngopibareng. id coba memesan dua porsi lauk penyetan tahu, tempe, dan dada ayam goreng.
Menu sambal penyetan yang disajikan berupa sambal ijo, sambal bajak, dan sambal korek. Begitu dimakan, hmmm pedasnya terasa nendang dan lezat tak kalah dengan racikan juru masak profesional. Harganya pun tidak mahal. Ramah di kantong.