Bonek Anggap Risma Izinkan Persebaya Karena Jelang Pilwali
Keputusan Pemerintah Kota Surabaya yang memberikan izin kepada Persebaya Surabaya untuk dapat menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) dan Stadion Gelora 10 November, tak sepenuhnya dianggap sebagai komitmen untuk menyelamatkan Persebaya. Menyeruak dugaan bahwa ada kepentingan politik menjaga dinasti kepemimpnan di Kota Pahlawan.
Salah satu pentolan Bonek Mania dari kelompok Green Nord, Husin Ghozali mengatakan, bahwa Pemkot Surabaya tidak sepenuhnya berkomitmen terhadap janjinya memberikan keleluasaan bagi Persebaya main di kandang sendiri.
Sebagai contoh, adanya penyegelan Wisma Karanggayam yang merupakan basecamp latihan dan mess Persebaya sejak awal berdiri.
Penyegelan tersebut dilakukan oleh Eri Cahyadi yang menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
“Karena bukan satu, dua kali loh Pemkot tidak bisa berkomitmen terhadap keputusannya sendiri,” ujar pria yang akrab disapa Cak Cong itu.
Yang dimaksud Cak Cong tak lain pernah adanya video berisi statemen Eri Cahyadi di media terkait polemik penggunaan Wisma Persebaya di Karanggayam, Tambaksari.
Video itu beredar ketika Pemkot melakukan pengosongan dan penggembokan Wisma Persebaya.
Di video itu Eri memang sempat memberikan angin segar karena menyampaikan di hadapan manajemen Persebaya dan media bahwa semuanya hanya miskomunikasi.
Faktanya, sampai sekarang Persebaya tak bisa memanfaatkan lapangan Karanggayam. Manajemen Persebaya dan Bonek pun memilih berjuang di jalur hukum, lewat gugatan di pengadilan.
Bonek pun geram dengan tindakan itu. Mereka menganggap penyegelan dan pengosongan Wisma Persebaya, termasuk lapangan di dalamnya bisa berdampak pada pembinaan usia dini. Di tempat tersebut, pembibitan skuad muda Persebaya dilakukan dan berhasil melahirkan pemain profesional handal.
Wisma Karanggayang juga menjadi tempat berlatih sekaligus bertanding tim-tim internal Kota Surabaya maupun Persebaya yang melakukan pembinaan berjenjang dari kelompok umur termuda. Hingga akhirnya mengikuti kompetisi internal untuk menambah jam terbang.
“Saya ingat, saat itu Eri bilang tidak ada penyegelan, pengosongan, pengembokan? Ternyata lidahnya memang tak bertulang. Buktinya sekarang,” kenang Cak Cong.
Bonek pantas risau. Sebab dari Lapangan Karanggayam itulah selama ini lahir pemain-pemain hebat. Baik dari mereka yang masuk skuad muda Persebaya, maupun mereka yang mengawali karir dari kompetisi internal Persebaya.
Cak Cong berharap, sikap Pemkot yang melunak memberikan izin penggunaan Gelora Bung Tomo (GBT) dan Gelora 10 November bukan karena adanya ASN (aparatur sipil negara) di lingkungan Pemkot yang digadang-gadang bakal jadi calon wali kota.
Kekhawatiran Cak Cong tidak berlebihan. Sebab, sejak Persebaya kembali ke Liga Indonesia, Green Force tak pernah mendapatkan izin berlatih di Stadion Gelora 10 November. Padahal tim lain seperti Madura United dan Persipura mendapatkan izin penggunaan lapangan bersejarah tersebut.
Dia mengkritik Tri Rismaharini yang mendekati Bonek hanya ketika akan ada pemilihan wali kota, atau ketika Persebaya berprestasi. “Dulu waktu pemilihan, pakai syal bonek bilang ibuke Bonek. Tapi setelah jadi seperti ini. Sama ketika Persebaya U-20 juara, disambut, tapi ketika Persebaya ada masalah seperti ini hilang entah ke mana,” pungkasnya.
Advertisement