Bom Masjid Pakistan Sebanyak 83 Orang, Sasarannya Polisi
Sebuah ledakan bom terjadi di masjid yang berada dalam kompleks polisi di Kota Peshawar, Pakistan, Senin 30 Januari 2023. Sebagian besar korban adalah anggota polisi yang tengah melaksanakan salat dhuhur.
Akibat ledakan itu, atap masjid runtuh dan menewaskan serta melukai para polisi di lokasi. Tidak jelas bagaimana pengebom bisa menyelinap ke dalam kompleks bertembok yang menampung markas besar polisi di kota barat laut Peshawar itu. Kompleks polisi tersebut juga terletak di zona keamanan tinggi karena berada dalam area gedung-gedung pemerintah lainnya.
Rekaman gambar dari stasiun televisi milik pemerintah PTV menunjukkan polisi dan warga susah payah mengangkat puing-puing dari tempat kejadian ledakan dan membawa orang-orang yang terluka di bahu-bahu mereka.
Perdana Menteri Shahbaz Sharif menegaskan bakal menindak tegas pelaku pengeboman masjid itu. "Skala besar atas tragedi kemanusiaan ini tak terbayangkan. Ini merupakan serangan terhadap Pakistan," kata di Twitter.
Dalam kesempatan itu, Sharif juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban ledakan tersebut.
Korban Tewas 83 Orang
Dikutip dari AFP, korban ledakan bertambah menjadi 83 orang. Sementara itu, aparat terus memburu pelaku yang masih misterius. Juru bicara Lady Reading Hospital di Peshawar, Muhammad Asim Khan, mengatakan, tambahan korban tewas tersebut tiba di rumah sakit semalam. Khan juga mengabarkan korban luka akibat ledakan tersebut kini menjadi 57 orang.
Serangan ini adalah yang terburuk sejak Maret 2022 lalu, ketika sebuah bom bunuh diri meledak di masjid Muslim Syiah saat salat Jumat. Sebanyak 58 orang tewas dan melukai hampir 200 orang. Militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman itu.
Pelaku Ledakan Bom Diduga Taliban Pakistan
Sejauh ini, pelaku ledakan bom tersebut diduga Taliban Pakistan. Peshawar, yang berada di pinggiran distrik kesukuan Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan, sering menjadi target kelompok-kelompok militan, termasuk Taliban Pakistan.
Komandan Tehreek-e-Taliban Pakistan (Taliban Pakistan), Sarbakaf Mohmand, sempat mengakui ledakan itu dilakukan kelompoknya. Klaim itu diungkap melalui Twitter, seperti dilaporkan Associated Press (AP).
Meski begitu, beberapa jam kemudian, juru bicara Taliban Pakistan, Mohammad Khurasani, mengatakan bukan mereka yang melakukan serangan. "Bukan kebijakan kelompok untuk menyerang masjid, seminar, dan tempat-tempat ibadah lainnya," tandasnya.
Khurasani lantas menyebut mereka yang melakukan peledakan tersebut bisa dihukum di bawah kebijakan Taliban Pakistan.
Pemberontakan Taliban Pakistan selama 15 tahun
Pakistan memang mengalami lonjakan serangan militan sejak November, ketika Taliban Pakistan mengakhiri gencatan senjata mereka dengan pasukan pemerintah.
Awal bulan ini, kelompok itu mengklaim salah satu anggotanya menembak dan membunuh dua petugas intelijen, termasuk direktur sayap kontra-terorisme dari agen mata-mata Inter-Services Intelligence di negara itu.
Taliban Pakistan sendiri sudah mengobarkan pemberontakan di Pakistan selama 15 tahun terakhir. Pemberontakan itu diklaim untuk menegakkan hukum Islam yang lebih ketat.