Bom Bunuh Diri di Rumah Sakit Militer Kabul Tewaskan 19 Orang
Sedikitnya 19 orang tewas dan 43 luka-luka ketika dua ledakan, diikuti oleh tembakan, menghantam rumah sakit militer terbesar di Kabul, Afghanistan, hari ini. Suara tembakan juga terdengar di dekat rumah sakit militer Sardar Mohammad Daud Khan, di ibu kota Afghanistan.
Bilal Karimi, wakil juru bicara Imarah Islam, mengatakan kepada wartawan bahwa setidaknya dua ledakan terjadi di pintu masuk rumah sakit dengan 400 tempat tidur di distrik 10 Kabul. Saksi mata mengatakan ledakan itu berasal dari bom mobil.
"Pasukan keamanan dikerahkan ke daerah itu, tidak ada informasi tentang korban," kata Bilal Karimi di Twitter.
Sebelumnya, juru bicara kementerian dalam negeri Saeed Khosty mengatakan ada korban dalam ledakan itu, tetapi tidak mengkonfirmasi jumlah korban tewas. Foto-foto yang dibagikan oleh warga menunjukkan kepulan asap setelah ledakan di bekas zona diplomatik di daerah Wazir Akbar Khan di Kabul tengah.
Pasukan Khusus Taliban telah dikirim ke tempat kejadian, menurut kementerian dalam negeri.
Afiliasi ISIS
Tidak ada yang segera menyatakan bertanggungjawab terhadap dua ledakan mematikan itu. Namun kantor berita resmi Bakhtar mengutip saksi yang mengatakan sejumlah pejuang dari afiliasi ISIL (ISIS), memasuki rumah sakit dan bentrok dengan pasukan keamanan.
Ledakan itu menambah daftar serangan dan pembunuhan yang terus bertambah sejak Taliban berkuasa sejak Agustus lalu. Pembunuhan-pembunuhan itu menunjukkan tidak terbuktinya janji Taliban yang untuk memulihkan keamanan di Afghanistan setelah beberapa dekade dilanda perang.
ISIS yang berafiliasi dengan Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), telah melakukan serangkaian serangan terhadap masjid dan target lainnya sejak perebutan Kabul oleh Taliban pada bulan Agustus.
Seorang petugas kesehatan di rumah sakit, yang berhasil melarikan diri dari lokasi, mengatakan dia mendengar ledakan besar diikuti oleh beberapa menit tembakan. Sekitar 10 menit kemudian, terjadi ledakan kedua yang lebih besar, katanya kepada Al Jazeera. (*)