Bola Showbiz dan Bola Taktis
Lapangan atau rumput hijau ibarat panggung bagi penyanyi. Layar lebar untuk bintang film. Gedung teater untuk artis serius. Dan studio untuk bintang TV.
Para pemain bintang dunia berguguran di Piala Dunia Rusia. Mereka harus pulang lebih awal sebelum memasuki babak final.
Ada yang harus angkat koper di babak 16 besar seperti Leonel Messi dari Argentina dan Christiano Ronaldo dari Portugal. Lumayan. Tidak tersungkir di babak penyisihan.
Di babak 8 besar menyusul Neymar Jr dari Brazil dan Luis Suarez dari Kolombia. Neymar dipaksa hengkang oleh Belgia dan Suarez harus mundur teratur setelah timnya kalah dari Perancis.
Messi, Ronaldo, dan Neymar asalah bintang individual yang dalam setiap event bola selalu moncer namanya. Seakan keberadaan mereka di klub akan menjadi jaminan pengantar juara.
Piala Dunia Rusia telah menjadi "kuburan" bagi ketiganya. Mereka tak bisa membawa aura dan spirit juara untuk negaranya. Malah jadi bahan bully para fans bola dunia.
Kemunculan mereka sebagai bintang top membawa permainan bola tak hanya sebuah peristiwa olah raga. Ia telah membawa sepakbola sebagai bagian dari showbiz. Bisnis pertunjukan.
Maka, bak artis dalam dunia hiburan, mereka menjadi sentral. Menjadi selebriti dalam setiap momen.
Lapangan atau rumput hijau ibarat panggung bagi penyanyi. Layar lebar untuk bintang film. Gedung teater untuk artis serius. Dan studio untuk bintang TV.
Maka, setiap drama bisa dibikinnya. Liak-liuk Messi dalam menggiring bola, kelincahan Neymar dalam mengecoh lawan, dan kencangnya tendangan Ronaldo bak petir menyambar.
Skill memainkn bola mereka terpadu dengan kecerdasan blocking individual dalam setiap laga. Maka Messi, Neymar, dan Ronaldo adalah bintang yang selalu ditunggu kiprahnya.
Tapi panggung Piala Dunia Rusia tampaknya tak begitu bola showbiz seperti saat mereka membela klubnya. Entah apa penyababnya? Saya belum nenemukan jawaban.
Yang pasti bola showbiz dengan aktor para bintang bola itu kini kalah dengan bola taktis. Bola yang mengandalkan keunggulan taktikal dalam menghadapi lawan.
Bola taktis tak melulu mengandalkan kemampuan individual pemainnya. Tapi lebih pasa strategi sang pelatih dan kesolidan tim di lapangan.
Lihatlah penampilan Neymar dalam berbagai episode laga di Rusia. Berbagai drama yang dibikinnya menjadi bukan sesuatu yang indah. Tapi malah menjadi blunder karenanya.
Diving yang dicipta gampang dibaca. Drama kesakitan menghasilkan meme lucu yang tersebar di dunia maya. Dan netizen pun tak menangisi saat negaranya harus meninggalkan Rusia.
Messi juga menjadi seakan mati kuti saat menghadapi Islandia, Kroasia dan Nigeria di laga penentuan. Tidak banyak gol yang dicipta. Malah sering kelihatan frustasi karena setiap langkahnya sering berhasil dihadang lawan.
Di laga 16 besar, Messi kalah moncer dengan Kylian Mbappe, pemain ayam jantan berusia 19 tahun. Kebintangannya terselimuti Antoine Greizmann, Paul Pogba, dan N'Golo Kante. Di depan mereka, Messi mbepuk --kata arek Surabaya.
Ronaldo bisa terlihat gagah perkasa di laga-laga awal. Gaya kakunya, style seriusnya hanya mewarnai sampai di 16 besar. Di babak ini, pemain Real Madrid yang tahun depan bermain untuk Juventus itu redup bintangnya di hadapan Edinson Cavani yang membela negaranya Uruguay.
Tinggallah babak 8 besar menjadi milik timnas yang lebih banyak mengandalkan strategi dan taktik ketimbang showbiz para bintangnya. Di babak inilah mega bintang Neymar bersama Brazil harus pula hengkang.
Neymar yang lincah akhirnya harus kalah dengan kecerdikan Kompany dalam menjaga pertahanan dan mengatur serangan. Neymar tak berkutik dengan kiper Belgia Courtois yang begitu mbois menjaga gawangnya.
Ketajaman Marcelo yang menjadi tandem Ronaldo di Real Madrid menjadi mandul menghadapi keragaman dalam satu timnas Belgia.
Inilah tim Bhinika Tunggal Ika yang ikut piala dunia. Tim dengan pemain dari berbagai warna kulit dan agama. Ada Muenier, Hazard, Lukaku, dan De Bryune.
Jadi, Piala Dunia Rusia lebih sebagai era bola taktis ketimbang sekadar showbiz. Timnas yang tersisa adalah mereka yang tak bergantung pada mega bintang. Tapi lebih ke kematangan strategi taktis dan soliditas tim. *)
Advertisement