Bola Bundar Jungkirkan para Bandar
Dua hari putaran 16 besar Piala Dunia Rusia membuat saya tak percaya diri. Enggan menjagoi, alih-alih memprediksi. Meski hanya sekadar membuat perkiraan tim yang akan bertahan maupun yang harus pulang kampung di Piala Dunia kali ini.
Lho mengapa? Beberapa kali jago saya terkapar di laga penyisihan dan 16 besar. Saat laga Perancis lawan Argentina, misalnya. Sejak dulu saya ngefans si "kaki tuhan" Lionel Messi, penyerang Barcelona. Karena itu, secara reflek saya menjagoi Argentina.
Fanatisme saya terhadap Messi menutup kepekaan saya tentang kehebatan para pemain muda Perancis. Menganggap ringan kesolidan tim asal tokoh komik Asterix-Obelix ini. Mengabaikan kengototan prajurit lapangan hijau bangsa yang tidak pernah berhasil dijajah Romawi ini.
Saya salah menghitung kehebatan Kylian Mbappe. Penyerang muda Paris Saint Germain (PSG) berusia 19 tahun itu membuat lini belakang tim Argentina kocar-kacir. Dua dari 4 gol Perancis dicipta kakinya. Ia menjadi mendadak bintang di laga dengan total 7 gol di awal 16 Besar ini.
Mbape ikut membuat Messi terkulai. Membikin Marcos Rojo tak berkutik. Menjadikan Di Maria tak leluasa punya ruang gerak. Membuat lagu Don't Cry Argentina tak mampu menyihir dunia. Memudarkan nama besar Messi yang sedang menjadi kapten timnya.
Mbappe ikut andil lahirnya banyak meme tentang Messi yang menjadi andalan Argentina. Begitu Argentina dibekuk 4:3 oleh Perancis, gambar Messi pakai sarung tertunduk lesu berseliweran di medsos.
Messi banyak dijadikan lelucon ala orang Indonesia yang lagi mudik. Mulai dari Messi bersarung memanggul kardus, sampai termangu sendiri di pinggir jalan menunggu bus Sumber Selamet yang akan mengangkutnya pulang. Lucu dan bikin ngakak.
Di laga kedua 16 besar, saya lebih condong menjagokan Portugal karena melihat prestasi gemilang Chritiano Ronaldo. Striker Real Madrid yang juga sama-sama menjadi kapten timnya ini juga dikenal sebagai produsen gol.
Saya tak begitu kesengsem sama negaranya Ronaldo karena belum pernah ke sana. Juga karena sempat punya sejarah kelam pernah menduduki sebagian tanah Nusantara. Tapi karena Ronaldo, saya secara spontan mengunggulkan Portugal saat melawan Uruguay.
Apa yang terjadi? Lagi-lagi, pasangan striker Mbappe di PSG Edinson Cavani membuyarkan prediksi saya. Di menit awal, ia sudah menjebol gawang Portugal. Pebola jangkung berambut gondrong ini juga menyumbang dua gol saat memaksa Portugal kembali ke negaranya lebih awal.
Bagaimana dengan Spanyol? Kali ini saya tak begitu kesengsem dengannya. Gara-gara saya sakit hati dengan Sergio Ramos yang telah nggibeng bintang Liverpool Mohammad Salah saat final Liga Champions. Akibat ulahnya, Salah tak bisa optimal membela Mesir, timnas negaranya.
Malah hati saya sedikit bahagia saat tuan rumah Rusia menyingkirkan Spanyol secara dramatis lewat perpanjangan waktu dan adu pinalti. Apalagi laga itu melahirkan kiper yang pasti akan menjadi bintang dunia Igor Akinfeev. Ia dua kali dengan ciamik menepis tendangan bola algojo Spanyol dari kotak pinalti.
Jadilah tiga jagoan saya di Piala Dunia Rusia ini berguguran lebih awal. Petahana juara dunia Jerman pulang di babak penyisihan, Argentina dikandangkan Perancis, dan Portugal dipaksa angkat koper oleh Uruguay. Spanyol dibuat lesu tuan rumah Rusia. Saya yakin banyak bandar bola terkapar karenanya.
Harapan saya tinggal ada pada Inggris, Brazil, dan Belgia. Tapi apakah ketiganya akan juga dimudikkan dari Rusia oleh Kolombia, Mexico, dan Jepang. Lagi-lagi saya tak berani memprediksi dan menjagoi.
Seperti pernah saya tulis sebelumnya, era disruption sedang mewarnai perhelatan bola terbesar sepakbola tahun ini. Seperti terjadi di bidang ekonomi bisnis. Banyak ketidakteraturan terjadi. Kalau di bisnis, perusahaan besar berguguran akibat inovasi teknologi, dunia bola tim mapan tergusur tim kecil yang tak diperhitungkan.
Sama seperti jagat politik di Indonesia. Banyak hal tak terduga. Kekuatan petahana tergusur penantangnya. Termasuk jago saya di pilgub Jatim. Khofifah yang sudah dua kali laga kalah, kali ini menyingkirkan rivalnya yang dua kali mengalahkannya.
Akankah serba ketidakmenentuan di bisnis, bola, dan politik lokal ini juga terjadi di perhelatan politik nasional tahun depan? Ah, sudahlah!!
*) Arif Afandi adalah founder ngopibareng.id dan mantan Ketum Persebaya.