Bojonegoro Surplus Beras 376.000 Ton, Kok Mau Impor
Petani di Kabupaten Bojonegoro menolak rencana impor beras oleh pemerintah. Pasalnya, kabupaten yang berbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah ini, produksi berasnya mengalami surplus.
Adalah Kusnudin, petani di Kecamatan Padangan, yang menyatakan menolak rencana impor beras oleh pemerintah. Alasannya, bahwa beras yang ada di daerah melimpah. ”Jadi kenapa harus impor,” tegasnya pada Ngopibareng.id, Kamis 1 Desember 2022.
Meski mengalami surplus beras, petani juga terkendala banyak masalah. Mulai dari serangan hama hingga susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Hama akan menyerang ketika usia padi mendekati panen, yaitu di kisaran 3 bulan. Sementara, lanjutnya, masalah kelangkaan pupuk dan juga terbatasnya pupuk bersubsidi sangat dirasakan petani. ”Lah ini kok mau impor beras. Beras yang melimpah mau dikemanakan,” tandasnya.
Petani lain di Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Atmojo, mengungkapkan, tetap tidak mendukung rencana impor beras. Apalagi di Bojonegoro yang berasnya cukup banyak. ”Jika ada impor beras, khawatir harga akan anjlok di pasaran. Nasib petani bagaimana,” tegasnya.
Di tingkat petani di Bojonegoro sekarang ini, harga gabah kering panen, berada di kisaran Rp4.500 hingga Rp4.700 perkilogram. Harga ini cukup bagus mengingat harga sebelumnya kerap di bawah Rp4.000 perkilogramnya. Sedangkan jenis padi yang ditanam, seperti ciherang, C4 dan lainnya.
Sementara harga beras di tingkat petani (tempat selep padi), untuk beras premium sekiar Rp10.000- Rp10.500 perkilogram. Sedangkan untuk medium antara Rp8.500 hingga Rp9.000 kilogram.
Sementara itu data di Dinas Pertanian Bojonegoro menyebutkan, produksi gabah di kabupaten ini untuk tahun 2021 mencapai 824.723 ton atau setara dengan 487.846 ton. Sedangkan kebutuhan pangan untuk masyarakat Bojonegoro 111.176 ton pertahun. Sehingga ada surplus beras sebanyak 376.000 ton di tahun 2021.
“Ya kita surplus beras,” ujar Kepala Dinas Pertanian Helmy Elisabety lewat Kepala Bidang Ketahanan Dinas Pertanian Bojonetoro, Muhammad Rudianto pada Ngopibareng.id, Kamis 1 Desember 2022.
Dikatakan oleh Rudianto, dengan surplus beras sebanyak 376.000 itu, bisa mencukupi makan warga Bojonegoro selama 4 tahun lamanya.”Bisa untuk makan 4 tahun,” imbuhnya.
Hanya saja, biasanya beras dari Bojonegoro itu, dikirim ke sejumlah kota-kota besar di. Seperti ke Semarang, Jogja, Surabaya hingga ke Jakarta.
Sebelumnya Ketua Asosiasi Petani Pangan Jawa Timur, Jumantoro mengatakan, pada bulan Agustus 2022 lalu, Presiden Jokowi mendapat penghargaan pencapaian target pangan. Namun, anehnya pemerintah justru berencana mengimpor beras, untuk memenuhi stok beras pemerintah.
“Di Republik Indonesia sangat aneh dan ajaib. Presiden baru dapat penghargaan pencapaian target pangan bulan Agustus. Tetapi, Bulog malah berencana mengimpor beras,” kata Jumantoro, Rabu, 30 November 2022.
Jumantoro khawatir kebijakan impor beras menjelang masa panen, akan berdampak buruk terhadap petani lokal. Sebab, dapat dipastikan gabah hasil produksi petani saat panen nanti harganya akan anjlok.
Advertisement