Bocah ‘Tergemuk di Dunia’ Sudah Bisa Main Bola
Pada umur 10 tahun, Ariya Permana dinyatakan menderita sevare obesity atau kegemukan ekstrem. Sempat memiliki berat badan 192 kg, ia menyedot perhatian dunia. Berbagai media asing meliput Ariya. Pada 25 Agustus 2016 lalu, Dailymail menjulukinya sebagai World’s Fattest boy.
Akibat ukuran tubuhnya, Ariya sangat mudah kelelahan hingga kesulitan berjalan. Menginjak kelas 3 semester pertama, Ariya tidak bisa sekolah karena terkendala berat badan.
Ariya pun kesulitan berjalan. Seragam dan sepatu tidak ada yang muat. Saat itu, Ariya sempat tertinggal dalam pelajaran sekolah. Padahal di kelas 1 dan 2 SD, Ariya bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Bahkan bocah seberat satu kwintal lebih itu sempat juara kelas.
Kisah Ariya kemudian terdengar oleh Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana. Pemda kemudian membawa Ariya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) bandung, pada 11 Juli 2016. Selama menjalani perawatan di RSHS, Ariya ditangani 13 dokter terdiri dari dokter ahli gizi, kejiwaan serta dokter spesialis.
Namun belum sepekan di RSHS, Ariya ingin pulang ke Karawang. Padahal, berat badannya sempat turun ke 186 kilogram. Rencananya, Ariya akan menjalani perawatan intensif di RSHS selama dua pekan. Alasannya karena kangen ingin sekolah.
Mendengar Ariya ingin menghentikan perawatan, Bupati Karawang Cellica Nurtachadiana berupaya membujuk Ariya tetap tinggal di RSHS.
Kenyataannya, bocah kelahiran 15 Februari 2006 itu kemudian benar-benar pulang ke rumahnya di Kampung Pasir Pining RT 002/001 Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang pada 16 Juli 2016.
Baru sehari berada di rumah, Ariya didatangi oleh Dokter Julistio T.B Djais dari RSHS. Saat diperiksa, bobot tubuh Ariya kembali naik ke 187 kilogram. Meski demikian, saat itu Ariya sudah bisa berjalan meski pelan-pelan.
Keesokan harinya, Ariya kembali ke sekolahnya di SDN I Cipurwasari setelah hampir setahun tidak masuk kelas. Saat itu, Ariya tidak mengenakan sepatu dan seragam sekolah. Ia mengenakan sendal jepit dan kaus berwarna hijau.
Namun belum saja pelajaran dimulai, Ariya mengalami insiden saat upacara bendera. Ia terpeleset dan terjatuh saat berjalan menuju lapangan. Ia menginjak rumput yang bercampur dengan lumpur yang licin.
Ariya pun menangis. Ia kesulitan untuk bangun. Akhirnya ia kembali ke rumah dan batal kembali belajar. Kisah Ariya yang memprihatinkan kemudian menyita perhatian sejumlah pihak.
Sejumlah pihak lalu membantu Ariya untuk menurunkan berat badannya. Ade Rai, mantan atlet binaraga salah satunya. Ade bahkan sempat menyiapkan metode fitness untuk Ariya.
Penyusutan berat badan Ariya secara drastis terjadi setelah bocah itu menjalani bedah bariatrik di Rumah Sakit Omni, Alam Sutera, Tangerang. Lewat operasi itu, lambung Ariya diperkecil hingga tersisa sepertiga dari ukuran asli.
Setelah operasi, makannya jadi tidak terlalu banyak. Sekarang makan 5 sendok nasi saja sudah kenyang.
Lewat operasi dan program diet itu pula, berat badan Ariya berhasil menyusut sebanyak 90 kilogram dan bisa bermain bola juga bulutangkis bersama teman-temannya.
Saat ini, Ariya memiliki tinggi 158 cm dengan berat 109 kilogram. Ia berhasil menurunkan berat badan hingga 80 kilogram dalam dua tahun. Ariya nampak mencolok saat bermain bola bersama kawan-kawannya. Selain ukuran tubuhnya lebih besar, Ariya terlihat lebih tinggi dibanding teman sebayanya.
Ariya yang bercita-cita ingin menjadi atlet sepakbola sedang termotivasi untuk menurunkan berat badannya. Berbagai target telah dia tetapkan. Untuk jangka pendek, bocah dengan berat 109 kilogram itu menargetkan bisa turun 9 kilogram bulan depan. (*)
Advertisement