Bocah Meninggal Usai Setubuhi Kucing, Wagub: Jangan Dipolisikan
Seorang bocah kelas V SD di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sepermainannya. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat berbeda sikap dalam merespon kasus yang kini tengah diselidiki polisi setempat.
Kronologi Peristiwa
Peristiwa itu dikisahkan oleh Ti, 39 tahun, ibu korban. Ia mengingat anaknya terlihat murung beberapa hari sebelum meninggal. Anaknya susah makan dan minum. Sering muntah ketika dipaksa makan hingga kejang-kejang.
Mereka pun membawa anaknya ke rumah sakit namun nyawa korban tak terselamatkan hingga meninggal pada Minggu, 17 Juli 2022.
Sebelum meninggal, Ti sempat melihat video berisi perundungan yang dialami anaknya. Di dalamnya ia melihat jika anaknya dipaksa menyetubuhi kucing. Kepada ibunya, korban mengaku mendapatkan pemukulan dari rekannya, sehingga terpaksa melakukan hal tersebut.
"Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur pak pas lihat videonya," ujar Ti, dikutip dari detik.com, pada Jumat 22 Juli 2022.
Kata Gubernur Ridwan Kamil
Peristiwa itu mendapat tanggapan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ia meminta agar polisi mengusut dan memberi hukuman sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, meski masih berusia anak-anak.
"Ini mudah-mudahan tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi konsekuensi kepada yang melakukan, walaupun masih di bawah umur, tentu dengan azas-azas kepatutan kemanusiaan, tapi tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata Ridwan Kamil dikutip dari Tribunnews, pada Senin 25 Juli 2022.
Ia mengatakan mengutuk kejadian bully tersebut dan seharusnya pihak sekolah bisa bertanggung jawab penuh atas kasus yang menimpa seorang muridnya tersebut.
Selain itu ia juga mengingatkan agar orang tua mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai karakter.
Ia mengatakan di rumah, orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.
"Saya adalah survivor (penyintas, red) dari bully zaman SMP. Pak gubernur ini korban bully, jadi saya merasakan betul rasanya di-bully. Oleh karena itu tanggung jawab paling utama adalah di lingkungan terdekat yaitu guru dari sekolah," katanya.
Ia menuturkan telah memerintahkan tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jabar untuk menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus bully tersebut.
Komentar Wakil Gubernur
Namun hal berbeda disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. Ia justru meminta agar dugaan kasus perundungan di Kabupaten Tasikmalaya yang menyebabkan korbannya meninggal bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak berlanjut ke meja hijau. Ia memandang bahwa aksi tersebut hanya candaan.
Uu menyatakan bahwa dirinya sudah melakukan komunikasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya untuk mengetahui lebih jelas perkara tersebut. Langkah itu dilakukannya karena mendapat tugas dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
"Setelah mendengarkan kronologi dari Ketua KPAID, sebenarnya yang viral di masyarakat, ada persetubuhanlah itu yang lain, saya lihat videonya enggak mungkin ya (ada persetubuhan), apalagi anak kecil seperti itu. Mohon maaf yah biar lebih jelas, itu (kemaluan korban) juga enggak 'bangun' yah, mau bersetubuh bagaimana," kata Uu kepada wartawan di Tasikmalaya, dikutip dari Merdeka, pada Senin 25 Juli 2022.
Setelah melihat video itu, Uu menilai tidak ada persetubuhan antara korban dengan kucing. Namun ia memandang bahwa ada orang yang sengaja memanfaatkan, sehingga pada tampilan video tersebut kemudian disebarkan.
Ia meminta agar semua tidak berandai-andai sebelum ada temuan pasti terkait meninggalnya korban yang masih berusia 11 tahun itu. "Yang telah beredar asumsi masyarakat, tapi butuh penyidikan dari ahlinya. Namun, kejadian yang telah terjadi itu agar masyarakat jangan membagikan hingga diviralkan," lanjutnya.
Uu mengungkapkan bahwa dirinya sudah bertemu langsung dengan keluarga korban. Hasil dari pertemuan itu, menurutnya mereka tidak memiliki niat lebih hingga ke meja hijau, apalagi untuk memanfaatkan situasi.
Yang diharapkan oleh keluarga, menurutnya adalah islah dari kedua belah pihak agar mereka bisa hidup kembali di masyarakat. "Karena mereka (para pelaku) masih tetangga, meski bapaknya tertunduk dan ada beda dengan emaknya (ibu) tertawa-tertawa," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar aparat penegak hukum tidak melanjutkan kasus tersebut ke meja hijau. Namun langkah hukum menurutnya hal yang sah untuk terciptanya keadilan. Namun ia tidak menampik bahwa selama ini ada tekanan yang membuat keluarga pelaku trauma.
Ia juga mengungkapkan jika dirinya saat kecil kerap mendengar adanya kejadian persetubuhan manusia dengan hewan.
"Kejadian itu dengan kerbau berada di Cikatomas, tetangga saya dengan ayam. Karena, hal itu merupakan candaan dan biasa, jangan diviralkan, makanya disudahi kasus tersebut," tandasnya.