Kisah Pilu Bocah 8 Tahun Lolos dari Maut, Nenek dan Ibunya Tewas
Di usianya yang baru menginjak 8 tahun, Kabib Imam Mutakin sudah menjadi piatu. Ibunya Sri Utami, 34 tahun, serta sang nenek, Khasanah, 43 tahun, meninggal dunia dalam peristiwa bencana longsor di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Minggu 14 Febuari 2021 lalu.
Tidak hanya ditinggal mati ibu dan neneknya, Khabib juga kehilangan calon adiknya, karena sang ibu meninggal saat dalam kondisi mengandung usia 4 bulan.
Diceritakan adik kandung dari korban Sri Utami, Nurul Kholifah, saat kejadian dirinya bersama sang suami sedang tidak berada di rumah. Ketika itu ia sedang bekerja di Kecamatan Brebek, Nganjuk.
"Saat itu saya pulang ke rumah terlambat, sekitar jam 19.00 WIB. Kejadian longsor sekitar pukul 18.00 wib. Saat terjadi peristiwa longsor, di rumah ada kakak saya (Sri Utami) dan Ibu (Khasanah), serta bapak (suami Khasanah) dan anak saya sendiri. Sebelum longsor, mereka semua sedang berada di ruang tamu," Cerita Nurul Kholifah kepada Ngopibareng.id ditemui di posko tanggap darurat bencana Longsor Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk.
Nurul Kholifah lantas melanjutkan ceritanya, jika dalam insiden tersebut, anak, keponakan serta ayahnya selamat dalam insiden tersebut.
"Keponakan saya, Khabib Imam Mutakin matanya sempat mengalami luka lebam akibat terkena reruntuhan," terangnya.
Pasca kejadian pada hari Minggu, 14 Febuari 2021 itu, keesokan harinya jasad Sri Utami dan ibunya ditemukan. "Sudah ketemu pas hari pertama, langsung kita makamkan," kata Nurul Kholifah.
Pihak keluarga kemudian meneruskan kabar duka ini kepada suami dari Sri Utami, Mujiono, yang bekerja di luar pulau. Begitu mendengar kabar duka, Mujiono sebetulnya langsung persiapan pulang kampung naik pesawat.
"Suami kakak saya baru 2 bulanan kerja di luar pulau, baru berangkat kemarin (di hari kejadian). Mau pulang tapi nunggu, karena sebelum naik pesawat kan harus tes PCR dulu," ujarnya tanpa menjelaskan di mana Mujino bekerja.
Sebelum longsor terjadi, Nur Kholifah sebenarnya sudah merasakan firasat yang tidak biasanya terjadi. "Satu minggu sebelum kejadian itu, tidak seperti biasanya. Anak saya dan anak kakak biasanya bangun tidur cari ibunya, tapi belakangan nggak mau, mintanya sama neneknya, rewel terus," ungkap Nurul.
Disamping itu, Nurul Kholifah juga sempat merasakan firasat lainya, di mana sang kakak, Sri Utami, sehari sebelum kejadian meminta tolong kepadanya untuk diantar ke Kota Nganjuk. "Tidak biasanya dia minta antar saya ke Kota," katanya.
Diakuinya, jika sekitar 4 tahun lalu warga yang tinggal di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, sebenarnya sudah diingatkan oleh pemerintah daerah setempat terkait bahaya longsor dan diminta untuk pindah.
"Saya nggak mau pindah, karena pertimbanganya saat itu masih aman," tambahnya.
Dalam peristiwa bencana longsor yang terjadi, terdata 21 orang korban. 19 diantaranya meninggal dunia sedangkan 2 lainya selamat. Sementara rumah yang rusak diperkirakan 10 unit. Para pengungsi nantinya masih akan ditempatkan di sekitar wilayah Kecamatan Ngetos, di area lahan milik Perhutani.