BNPT Minta Waspadai Rekrutmen Self Radicalisation pada Anak Muda
Pandemi Covid-19 tak menyurutkan perekrutan pelaku terorisme. Pola perekrutan di masa Pandemi cenderung dilakukan melalui media sosial. Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) meminta masyarakat mewaspadai model perekrutan self radicalisation, atau meradikalisasi diri sendiri oleh pengguna media sosial yang menyasar kalangan anak muda.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, pengguna internet Indonesia mencapai 202 juta orang. 80 persen diantaranya adalah pengguna akun media sosial. 60 persen dari pengguna media sosial itu merupakan generasi Z atau generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an dan milenial.
"Jadi angkanya (anak muda) dominan. Karena itu anak-anak muda yang menggunakan akun media sosial itu potensi yang menjadi target untuk terekrut," tegas saat berkunjung ke Banyuwangi, Kamis, 26 Agustus 2021.
Melalui media sosial ini, lanjut Boy Rafli Amar, ada proses yang disebut self radicalisation atau meradikalkan dirinya sendiri. Caranya, kata Dia, hanya dengan membaca konten, kemudian belajar membuat serangan teror. Hal-hal seperti ini yang memungkinkan diikuti oleh anak muda pengguna media sosial.
"Makanya kita harus melakukan penguatan nasionalisme kita," tegasnya.
Penguatan nasionalisme itu menurutnya bisa dilakukan melalui empat konsensus naisonal atau empat pilar kebangsaan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Diharapkan dengan empat pilar kebangsaan itu, tidak terjadi disorientasi terutama pada kalangan anak muda ini.
"Karena ini era terbuka, informasinya sedemikain rupa melalui media sosial. Tetapi memfilter informasi yang bermanfaat dan tidak bermanfaat itu perlu literasi digital," ujar Boy Rafli Amar.
Hal ini, lanjutnya, menjadi tugas Negara dan seluruh elemen masyarakat untuk ikut membantu melakukan edukasi bahaya disorientasi yang berpotensi terjadi melalui media sosial. Apabila ruang publik media sosial dikuasai penjahat, kata Boy, anak-anak muda bisa terpengaruh dengan pola pikirnya.
"Maka bisa terbawa pola pikirnya (anak muda) menjadi penjahat," pungkas Boy Rafli Amar.