BNPB Gelontorkan Dana Rp10-50 Juta untuk Rumah Rusak Gempa Malang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo akan mempercepat penanganan perbaikan rumah rusak terdampak pasca gempa 6,1 magnitudo yang mengguncang Malang dan sejumlah wilayah di Jawa Timur, pada Sabtu 10 April 2021 sekitar pukul 14.00 WIB.
BNPB juga akan memberikan dana stimulan bagi warga yang rumahnya rusak dengan kategori Rusak Ringan (RR) sebesar Rp10 juta, Rusak Sedang (RS) sebesar Rp25 juta, dan Rusak Berat (RB) sebesar Rp50 juta.
Untuk mempercepat proses perbaikan BNPB meminta kepada perangkat daerah setempat untuk melakukan pendataan dan melaporkan sesuai dengan data yang benar.
“Rumah warga yang rusak ringan dan rusak sedang bisa dilakukan perbaikan dengan cara pemerintah daerah memberikan usulan kepada BNPB dengan nama dan alamat yang akurat,” tegas Doni Monardo dalam keterangannya.
Sedangkan bagi warga yang rumahnya mengalami rusak berat, akan dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR untuk mempercepat proses perbaikan. Selain bantuan stimulus tersebut, lanjut Doni Monardo, akan ada bantuan dana kemurnian kepada warga yang untuk sementara tidak menempati rumah tinggalnya karena rusak.
Dana kemurnian sendiri senilai Rp 500.000 per bulan, untuk warga bisa menyewa rumah atau kost. Kebijakan itu diberi, agar tidak terjadi penumpukan warga di pengungsian yang bisa menyebabkan penyebaran Covid-19.
“Kita harapkan menjelang ramadhan, rumah yang rusak ringan (sudah selesai perbaikan), besok sudah masuk puasa, kita harap warga tidak terlalu lama di pengungsian. Dan juga tempat pengungsian seminimal mungkin, dengan bantuan dana kemurnian, agar mengurangi risiko terpapar selama belum bisa menempati (rumahnya). BNPB akan memberi bantuan dana kemurnian sebesar Rp500 ribu per-bulan,” tandasnya.
Doni Monardo juga berpesan untuk warga tetap tenang dan jangan panik. Program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten kota atau provinsi yang dibantu BNPB, BMKG, Basarnas, TNI-POLRI dan Tim gabungan lainnya harus sering dilakukan sebagai bagian dari kesiapsiagaan.
Warga diminta untuk dilatih dan diberikan edukasi terkait literasi kebencanaan, memanfaatkan kearifan lokal untuk mencari ide dan inisiatif. “Sebagai contoh, dengan menyiapkan sejumlah kaleng, letakan kaleng di dalam ruangan, ketika keleng jatuh saat gempa bisa berfungsi sebagai alarm awal,” terang Doni Monardo.
Selain itu, lanjut dia, kegiatan siskamling juga bisa dilaksanakan setiap malam. Warga berjaga untuk antisipasi risiko yg muncul seperti gelombang tinggi atau gempa. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan dibangun oleh masyarakat itu sendiri.
“Kepemimpinan Perangkat daerah harus bisa mengajak warga untuk lebih siap menghadapi risiko yang akan terjadi,” sambungnya.