Masyarakat Jatim Tak Perlu Resahkan Equinox
Surabaya: 'Equinox' merupakan fenomena astronomi, yakni gerakan matahari mendekati ekuator atau khatulistiwa yang mana bisa berdampak terhadap tingginya suhu udara dalam waktu cukup lama di daerah yang dilintasi.
Menurut Eko Prasetyo, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya, matahari berada di khatulistiwa pada 23 September dan 21 Maret, sedangkan berada di atas Kota Surabaya pada 23 Oktober dan 23 Februari. "Jadi, untuk wilayah Jawa Timur dan Surabaya sudah lewat," katanya.
Ia juga menghimbau masyarakat untuk tidak resah dengan adanya fenomena "equinox". Meskipun fenomena ini juga berdampak terhadap terjadinya suhu ekstrem. Namun, Eko berujar jika fenomena alam ini tidak berdampak di Indonesia, khususnya Jawa Timur.
"Fenomena gelombang 'equinox' saat ini terjadi di Afrika dan Timur Tengah, tapi tidak berdampak terhadap Indonesia, khususnya Surabaya dan Jawa Timur," katanya pada Rabu (15/3), di Surabaya.
Masyarakat juga tak perlu khawatir lantaran Indonesia ada di lingkungan hujan tropis. Hal inilah yang menyebabkan kecil kemungkinan untuk terjadi gelombang panas seperti kawasan yang banyak gurun pasirnya.
Lanjut Eko, meskipun dalam 30 tahun terakhir, puncak musim hujan terjadi pada Desember, Januari dan Februar. Tetapi dalam lima tahun terakhir, curah hujan masih tinggi pada Maret dan April. Namun, masyarakat diharapkan mewaspadai adanya hujan deras yang dapat berdampak banjir dan tanah longsor.
"Belum ada gangguan tropis seperti pusat tekanan rendah ataupun badai tropis. Cukup kondusif," katanya ketika menyinggung cuaca Surabaya dan Jawa Timur dalam beberapa hari ke depan.(hrs)