BMKG Deteksi Hotspot di Sekitar Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi
Stasiun Meteorologi Kelas III Banyuwangi memantau adanya titik api di sebelah barat wilayah Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Titik panas ini terpantau satelit Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada 27 Agustus 2022.
“Tanggal 27 (Agustus 2022) terpantau 5 titik panas. Itu kayaknya dari kawasan Wongsorejo ke Situbondo,” jelas Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas III Banyuwangi, Beny Gumintar, Senin, 29 Agustus 2022.
Dia menjelaskan, untuk hasil pantauan pada 28 Agustus 2022 saat itu belum keluar. Karena hasil rekap pemantauan titik panas dikeluarkan sehari setelahnya.
“Rekap tanggal 27 penyampaian tanggal 28. Kalau (hasil rekap tanggal) 28, 29 sore,” bebernya.
Titik panas yang terpantau di wilayah Wongsorejo itu, menurutnya, masih berwarna kuning. Biasanya, kata Dia, jika sudah terjadi kebakaran maka warna yang tampak pada visual adalah warna merah. Sehingga titik panas yang direkam satelit belum tentu akibat terjadinya kebakaran.
“Titik kuning kategorinya sedang. Kalau merah sudah kebakaran kalau kuning potensi kebakaran,” jelasnya.
Menurutnya, titik warna kuning pada visual pantauan satelit itu menggambarkan kondisi cuaca panas yang sangat tinggi atau ekstrem. Saking panasnya, wilayah tersebut perlu diwaspadai terjadi kebakaran.
“Lebih jauh dijelaskan, titik panas itu sangat berpotensi terjadi kebakaran. Kalau misalnya ada percikan atau sumber api sedikit, itu berpotensi kebakaran. Itu memicu kebakaran hutan,” tegasnya.
Sebelumnya, warga melihat adanya titik api di gunung yang berada di sebelah barat Banyuwangi. Titip api sempat dilihat warga pada pukul 18.10 WIB, Minggu, 28 Agustus 2022. Kepulan asap juga masih terlihat hingga siang ini.
“Benar ada kebakaran. Iya di gunung barat ini,” jelas Kepala Desa Sidowangi, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Muansin.
Muansin menyebut, saat ini masih terlihat kepulan asap di bagian lereng gunung. Namun tidak terlalu besar. Menurutnya tampak jelas beberapa titik yang mengeluarkan asap. Ada yang tampak besar ada juga yang kecil.
Dia menjelaskan, fenomena kebakaran di lereng Gunung tersebut menurutnya merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi pada musim kemarau. Menurutnya posisi kebakaran itu jauh dari pemukiman warga.
“Biasa musim kemarau. Fenomena tahunan kalau kemarau memang gitu. Tak tau apa gesekan kayu kering,” ujarnya.
Advertisement