BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 97W & 98W, Awas Gelombang Tinggi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memantau dua Bibit Siklon Tropis yang tumbuh di Belahan Bumi Utara (BBU) Indonesia, yaitu Bibit Siklon Tropis 97W dan 98W.
BMKG mengatakan, Bibit Siklon 97W tumbuh di Laut China Selatan tepatnya di 17.2 Lintang Utara (LU), 117.5 Bujur Timur (BT) dengan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knots (37 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1003,5 hPa.
Sementara itu, bibit Siklon Tropis 98W tumbuh di Samudera Pasifik sebelah utara Papua Barat tepatnya di 6.3 LU, 132.6 BT dengan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knots (37 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1008.9 hPa.
"Bibit Siklon 97W bergerak ke arah Barat-Barat Laut, sedangkan bibit siklon 98W bergerak ke arah Utara,” demikian pernyataan BMKG, dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu, 29 Juni 2022.
BMKG menyatakan, kedua Bibit Siklon tersebut menjauhi wilayah Indonesia dan diprakirakan tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah.
Keberadaan dua bibit siklon tropis di utara Indonesia tersebut secara umum hanya berdampak cukup signifikan terhadap kondisi gelombang di beberapa wilayah perairan utara ekuator.
Namun, BMKG mengimbau dalam 24 jam ke depan Bibit siklon 97W dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia berupa potensi Gelombang laut dengan ketinggian 1.25 - 2.5 meter dapat terjadi di Laut China Selatan.
Sementara itu, Bibit Siklon 98W dalam 24 jam ke depan dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia berupa potensi Gelombang laut dengan ketinggian 1.25 - 2.5 meter dapat terjadi di Laut Maluku bagian Utara, Perairan Utara Biak, Perairan Raja Ampat – Sorong, Perairan Utara Halmahera, Perairan Utara Papua Barat hingga Papua, Samudera Pasifik Utara Papua, dan Perairan Timur Filipina
"Diimbau kepada masyarakat pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan upaya mitigasi terhadap imbas gelombang tinggi di lingkungannya," tulis BMKG.