Blokir Jalan, Ribuan Warga Desak Presiden Tunisia Mundur
Ribuan warga berdemonstrasi di dekat parlemen Tunisia. Mereka memprotes perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Presiden Kais Saied, Minggu 14 November 2021. Pihak kepolisian setempat bahkan terpaksa melakukan bentrokan dengan para demonstran. Pasalnya, mereka memblokir sejumlah daerah tempat ribuan pengunjuk rasa berkumpul.
Para demonstran mendesak Saied untuk memulihkan parlemen yang ditangguhkan serta mengembalikan pemerintahan demokratis yang berjalan normal.
Presiden Kais Saied sedang menghadapi ujian baru tentang bagaimana ia dan jajarannya mengelola seruan dari kelompok oposisi yang semakin vokal menyampaikan suaranya.
“Kami berada di bawah pemerintahan satu orang sejak 25 Juli. Kami akan tinggal di sini samapi mereka membuka jalan dan mengakhiri pengepungan,” ungkap seorang pemimpin demonstran Tunisia, Jawher Ben Mbarek, kepada Reuters.
Perebutan Kekusaan
Sebagai informasi, Saied merebut hampir semua kekuasaan pemerintahan pada Juli. Ia menangguhkan parlemen, membubarkan pemerintahan sebagai langkah membungkam kritikus. Kais bahkan mengangkat perdana menteri baru dan mengumumkan bahwa ia bisa memerintah Tunisia dengan dekrit.
Presiden mengatakan tindakannya diperlukan untuk mengakhiri kelumpuhan pemerintah selama bertahun-tahun akibat pertikaian politik dan stagnasi ekonomi. Kais berjanji untuk menegakkan hak dan kebebasan ala demokrasi pasca revolusi 2011.
Gerakan ini tampaknya mendapatkan tempat di hati para pendukungnya. Para pendukung pun menyerukan perkumpulan dan rapat umum sebagai bentuk dukungan kepada kepemimpinan Kais.
Namun, beberapa politis terkemuka ditangkap dan ratusan lainnya menghadapi larangan bepergian. Sementara mantan Presiden Tunisia, Moncef Marzouki sedang menghadapi tuntutan atas serangan verbalnya terhadap Saied.
Sejauh ini, para demonstran anti pemerintah teridentifikasi sebagai pendukung partai Ennahdha. Partai Ennahdha merupakan partai terbesar di parlemen yang mengalami penangguhan akibat dekrit Presiden Kais.
“Tunisia sekarang terisolasi secara internasional dengan penutupan parlemen dan kudeta. Kami ingin memulihkan demokrasi,” ucap Abderrouf Betbaib, mantan penasihat Saied yang menjadi bagian dari demonstrasi anti pemerintah.
Advertisement