Blitar Dapat Dropingan Vaksin PMK Sebanyak 7 Ribu Dosis
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar mendapat jatah vaksin PMK sebanyak 7000 dosis. Vaksin ini dikirim dari Jawa Timur untuk mencegah penyebaran virus PMK yang melanda hewan sapi.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Eko Susanto mengatakan, vaksin kiriman dari Jawa Timur ini rencana akan dipakai vaksin sapi prioritas wilayah radius kasus kematian ternak sapi akibat PMK.
"Dari 463 ekor ternak di Blitar terpapar PMK, 448 ekor sapi, 15 ekor domba. Dari angka itu ada 36 ekor sapi dan 1 ekor domba mati. Kemudian, 17 ekor dipotong paksa," katanya, kepada awak media melalui sambunan telpon seluler, Rabu, 15 Januari 2025.
Lanjut Eko, vaksinasi memang akan diprioritaskan kepada hewan ternak dengan radius kasus kematian, karena vaksin yang diterima tidak sebanding dengan jumlah populasi ternak sapi dan domba di Kabupaten Blitar yaitu sekitar 800 ribu.
Eko Susanto mengaku, dari hasil laporan dan investigasi petugas di lapangan telah terpetakan penyebaran kasus PMK di kecamatan yang akan menjadi prioritas sasaran vaksinasi PMK.
"Yang merebak di Kecamatan Ponggok. Kasusnya besar itu ada di Panggungresjo, Serang, Bacem, Kanigoro, dan Gogodeso. Itu yang akan kita prioritaskan," ungkapnya.
Lanjut Eko, selanjutnya rencana akan membagi sesuai dengan prioritas dari populasi hewan ternak sapi dan domba di Blitar. Pihaknya berharap, agar segera ada droping susulan. "Droping vaksin bertahap. Saya belum tahu kapan droping lagi. Informasinya, akan segera ada droping vaksin susulan," terangnya.
Sebelumnya, lanjut Eko, Dinas Peternakan dan Perikanan telah melakukan langkah-langkah penanganan vaksinasi wabah virus PMK melalui pihak ketiga. "Beberapa peternak yeng sudah teroganisir melalui koperasi dan kelompok ternak telah melakukan vaksinasi mandiri melalui CSR,” ujarnya.
Kata Eko, vaksiniasi dengan pembiayaan CSR dari greenfiled, Jaya Abadi, dan Rukun Santoso itu vaksinasi di bawah kelompok peternak seperti KUD Semen (yang membawahi kelompok peternak sapi perah) dengan total vaksin 2.800, tapi baru tersedia 2.000 vaksin.
Menurutnya, yang lebih terkendali memang sapi perah, karena ada institusi lembaga seperti koperasi. Sehingga penanganan PMK lebih terstruktur dan lebih enak dibanding sapi pedaging yang tidak ada induk organisasinya.
"Saya ingin ada kelompok-kelompok peternak di setiap desa, supaya nantinya ada intitusi yang mengkoordinasi dan mengkonsolidasi. Cukup lewat unit-unit desa," katanya.
Eko Sussanto mengaku akan menerjunkan 120 petugas vaksin yang berasal dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dokter mandiri dari tim insiminator, dan dari veteriner.
"Petugas yang akan diterjunkan nanti akan memberikan edukasi pencegahan, penangan, kampanye Jangan Panik Selling dan melakukan investigasi di lapangan," katanya.
Advertisement