BKSDA: Tak Dilindungi, Tak Masalah Kera Diburu
Aktivitas warga Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo memburu kawanan kera liar semakin bersemangat setelah mendapat “izin” dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA). Setelah berhasil menembak tewas seekor kera kecil, warga masih memburu dua kera dewasa hingga Senin sore, 12 November 2018.
Tim beranggotakan sekitar 50 orang itu bergerak sejak tiga hari lalu di kawasan daerah aliran sungai (DAS) di Kedungasem. Tim beranggotakan Satpol PP, Damkar, Probolinggo Bediller Club (PBC), Perbakin, plus anggota masyarakat itu menyisir DAS Kedungasem yang banyak ditumbuhi rumpun bambu dan pepohonan lebat.
“Tim sudah berkoordinasi dengan kami, silakan saja kera-kera liar itu diburu,” ujar Mohammad Irsan Lubis, Polisi Hutan BKSDA kepada wartawan, Senin sore.
Dikatakan ada dua alasan mengapa kera-kera itu boleh diburu. Pertama, kera abu-abu ekor panjang (Macaca Fascicularis) itu bukan satwa yang dilindungi. “Alasan kedua, kera-kera itu telah menyerang bocah, bayi, dan anak kambing,” ujar Irsan.
Seekor kera kecil yang mati tertembak itu kemudian dikubur di Kelurahan Kedungasem. Kera ini berhasil diburu dan ditembak saat bergelayutan di rumpun bambu di tepi Sungai Kedungasem.
Irsan menambahkan, sebenarnya BKSDA sudah memasang perangkap yang dilengkapi umpan buah-buahan, tetapi tidak disentuh kawanan kera liar. “Sebenarnya selain perangkap masih ada alternatif lain yakni dengan peluru bius tetapi harus dibidik dalam jarak pendek,” ujarnya.
Yang menjadi masalah, kera-kera itu menghilang ketika hendak diburu ramai-ramai. “Memang kemarin ada satu ekor kera kecil yang berhasil ditembak jatuh. Tetapi dua kera dewasa masih menghilang,” ujarnya.
“Masih ada PR (pekerjaan rumah, Red.) untuk memburu dua ekor kera besar, yang diduga telah menerkam bayi dan balita,” ujar Imam, anggota tim pemburu kera.
Kawanan kera liar itu sudah lama ditemui warga di kawasan DAS Kedungasem. “Ada sekitar 4-5 ekor kera, diduga mereka bisa berkembang biak di kawasan yang banyak pohonnya,” ujarnya.
Imam juga tidak mengetahui, asal-usul kera-kera liar itu. “Bisa saja kera liar dari hutan sekitar atau kera-kera piaraan orang yang kemudian lepas dan berkembang biak di tepi sungai,” ujarnya. (isa)