Bisnis Manik-manik Tak Selalu Mengkilap
Bisnis pembuatan perhiasan dari manik-manik tak selalu mengkilap, karena barang ini masih belum seberapa digandrungi oleh anak baru gede atau masyarakat Indonesia. Sebetulnya pasar terbesar perhiasan manik-manik ini adalah warga Luar Negeri atau turis asing.
Bisnis seperti ini tentu memerlukan kreativitas untuk membuat desain menarik. Sebab perhiasan terus menunjukkan prospek yang bagus. Perkembangannya mengikuti tren yang ada di masyarakat, tak terkecuali usaha perhiasan berbahan manik-manik.
Salah satu pebisnis perhiasan manik-manik ini adalah Prayit, asal Padi Kecamatan Gondang, Mojokerto. Prayit memulai bisnis manik-manik tahun 2004, namun mulai serius mengikuti berbagai pameran pada tahun 2011 setelah bergabung di UKM Binaan Semen Indonesia.
Prayit menggunakan bahan daur ulang, yakni dari bahan pecahan kaca yang kita sulap menjadi manik-manik dengan mempunyai nilai jual tinggi. Produk yang dibuat Prayit khusus menyasar kalangan luar negeri, karena mereka sangat menyukai barang berbau etnik.
“Produk saya tidak cocok untuk orang dalam negeri, karena harganya mahal dan desainnya berat," katanya.
Inspirasi desain perhiasan manik-manik yang dihasilkan, berasal dari internet, dan apa yang dilihat oleh Prayit dari paninggalan kerajaan Majapahit.
Banyaknya pemain yang juga melakukan bisnis yang sama membuat Prayit harus lebih kreatif. Namun, saat ini dirinya memutuskan untuk fakum terlebih dahulu. Alasannya kondisi pasar saat ini masih sepi.
Produk yang dihasilkan Prayit terdiri dari kalung, gelang, dan anting-anting. Serta ia melihat karakter pemesan untuk memulai produksinya. “Kami produksi kalau ada pemesanan masuk, karena saat ini penjualan manik-manik tidak seperti tahun 2010-2011," ujarnya.
Saat ini manik-manik yang ia geluti masih fakum terlebih dahulu. Sebab ia harus mengumpulkan modal dan melatih para orang-orang yang ada dilingkungannya.
Bergabungnya di Semen Indonesia
Prayit juga mengaku peran Semen Indonesia dalam bisnisnya sangat berpengaruh besar, sebab apa yang ia kerjakan waktu itu dapat ditunjang dengan pameran yang dilakukan oleh Semen Indonesia seperti pemasaran produk dan lain-lain.
"Saya bergabung di Semen mulai tahun 2011, informasi itu saya dapat dari teman saya. Tapi setelah dua kali pinjaman yang saya dapat, setelah itu saya sudah putus dengan semen karena waktu itu tidak cair-cair dan tidak segera di survei," kata Prayit.
Meski begitu saat ini Prayit masih terbesit untuk kembali bergabung di Semen Indonesia. Karena menurutnya sangat menguntungkan, dan pinjaman yang ia dapat relatif kecil bunganya.
"Saya ingin kembali bergabung, karena setelah sekian lama vakum, saya ingin kembali mengembangkan manik-manik saya," ucapnya. (hrs)