Bisa Nabung karena Pakai Jargas, Penjual Nasi Bungkus Umroh
Ada pepatah yang bilang menabung sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Pepatah itu mungkin cocok untuk pasangan Mujiarto dengan istrinya. Pasangan ini hanya bekerja sebagai penjual nasi bungkus. Mereka berdua bahu-membahu dalam usaha warung nasi bungkusnya.
Namun siapa yang mengira, meski hanya berjualan nasi bungkus, Mujiarto bisa memberangkatkan istrinya umroh ke tanah suci.
“Cita-cita istri sejak dulu memang ingin pergi tanah suci untuk menunaikan haji atau umroh,” kata Mujiarto bangga.
Kisah Mujiarto menabung demi sang istri ini terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu, dia mendengar ada program pemerintah yang akan memberikan Jargas untuk rumah-rumah warga Surabaya di sekitar Kampung Malang. Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung setuju untuk ikut memasang Jargas di rumahnya.
“Saya saat itu cuma berpikir, masak sih pemerintah mbujuki dengan memberikan program yang buruk ke warga? Tak mungkin. Makanya langsung ikut program Jargas,” ujar dia.
Saat memasang instalasi Jargas di rumahnya, oleh salah satu petugas yang memasang dijanjikan jika pakai Jargas akan lebih hemat dibandingkan dengan sumber energi lain yang biasa ia pakai. Atas omongan itu, Mujiarto awalnya belum mengganggp serius karena belum membuktikan.
Satu, dua, tiga bulan dan seterusnya, ternyata Mujarto bersama dengan istrinya ternyata benar-benar membuktikan omongan petugas tadi. Memakai Jargas ternyata lebih hemat dibandingkan dengan sumber energi lain.
Asal tahu saja, Mujiarto bersama istri punya usaha jualan nasi bungkus. Dalam proses memasak, setidaknya mereka harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 35 ribu per hari untuk membeli sumber energi lain. Jika dikalikan, dalam sebulan berarti Mujiarto bersama dengan istrinya harus mengeluarkan Rp. 1.050.000 untuk belanja energi.
Namun, kondisi yang demikian itu berubah setelah menggunakan Jargas PGN. Setiap bulannya ternyata mereka hanya mengeluarkan uang sekitar Rp200-300 ribu untuk bayar tagihan Jargas. Berarti ada selisih sekitar Rp700-800 per bulan yang bisa dihemat.
Nah, selisih pengeluaran ini yang kemudian ditabung untuk memberangkatkan umroh istrinya. “Sekuat tenaga setiap hari saya selalu memasukan Rp 50.000 dalam kaleng untuk berangkat umroh,” ujarnya.
Dia membayangkan menyisihkan uang Rp50 ribu tentu akan lebih berat jika masih menggunakan sumber energi yang lain. Namun berkat menggunakan Jargas PGN, menyisihkan Rp50 ribu menjadi terasa lebih ringan.
Akhirnya, setelah menabung sekitar tiga tahun lama, Mujiarto akhirnya bisa memberangkat umroh istrinya. Ada perasaan bangga bisa memberangkat istrinya umroh. Apalagi cita-cita ini sudah dipendam istrinya sejak lama.
“Terima kasih Jargas PGN yang telah membantu mewujudkan keinginan istri untuk ke tanah suci,” ujar Mujiarto.
Advertisement