Bioetanol dari Limbah Aren
Limbah hasil industri jika tidak dimanfaatkan akan menjadi sampah yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Khususnya limbah padat pada industri tepung aren. Di tangan Anastasia Sandra Dewi, Richie Andyllo Stefanus, dan Maria Amelia Sandra limbah aren diolah menjadi bioetanol (bahan bakar).
Ketiga mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini mengatakan jika limbah padat aren mengandung bahan yang berlignoselulosa (lignin, selulosa, dan hemiselulosa). Zat selulosa dan hemiselulosa ini dapat dihidrolisa molekul airnya menjadi gula reduksi kemudian difermentasi menjadi bioetanol.
Meski begitu, kandungan zat lignin yang cukup tinggi telah membungkus kaku keberadaan selulosa dan hemiselulosa, sehingga diperlukan proses pretreatment (perlakuan pendahuluan). Menurut ketua tim, Anastasia Sandra Dewi, proses pretreatment berguna untuk melarutkan lignin agar zat selulosa dan hemiselulosa dapat dipakai secara maksimal.
"Pada proses ini, kami menggunakan kombinasi pretreatment asam (asam sulfat 5 persen) dan organoslov (etanol 51,29 persen)," jelas Sandra.
Setelah melalui tahap pretreatment, dilanjutkan dengan tahap hidrolisa enzim yang berguna untuk menghidrolisa selulosa dan hemiselulosa yang diperoleh dari proses pretreatment menjadi gula reduksi, yakni glukosa dan xylosa.
"Kami menggunakan dua enzim yaitu enzim selulase dan xylanase serta surfaktan tween 80 untuk melakukan proses ini," tambahnya.
Tak hanya itu, Sandra juga mengatakan setelah mendapatkan gula reduksi, terdapat tahap terakhir yakni proses fermentasi. Melalui fermentasi ini, tim menggunakan jamur saccharomyces cerivisae yang berguna untuk mengubah gula reduksi menjadi bioetanol.
"Proses ini dilakukan di inkubator shaker selama 72 jam pada suhu 35 derajat celcius agar memperoleh hasil yang maksimal," ungkapnya.
Kedepannya Sandra berharap agar karya penelitiannya ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan dalam skala besar oleh pihak industri. (amm/amr)
Advertisement