Bina Toleransi Beragama, Menag Minta Masukan NU Jawa Timur
Menteri Agama Fachrul Razi mengungkapkan, pemerintah senantiasa menjalin hubungan dengan para ulama dan tokoh agawa di Indonesia. Hal itu dimaksudkan dalam menjaga toleransi. Sehingga, kehidupan keberagamaan di negeri ini berjalan dengan damai dan masing-masing umat beragama bisa menjalankan agamanya dengan damai.
"Kita tahu, ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) ini telah berdiri sejak zaman Belanda dan tetap eksis hingga sekarnag. Karena itu, kami belajar dari para ulama dan kiai-kiai pesantren guna menjaga kehidupan beragama yang penuh toleransi di negara kita," tuturnya.
Menag mengungkapkan hal itu, usai mengadakan pertemuan dengan jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Kamis 13 Februari 2020. Dalam pertemuan yang dijadwal pada pukul 15.00 WIB akhirnya mundur. Menag yang telah ditunggu para kiai sejak siang, baru hadir di kantor PWNU Jatim, Jln Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya, pukul 17.15 WIB.
Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Agoes Ali Masyhuri, undur diri terlebih dahulu, dikarenakan ada kegiatan sebelum Menag hadir. Sedang para kiai yang menyambut kehadiran Menag Fachrul Razi, antara lain, Waki Rais Syuriah KH Anwar Iskandar, KH Abdurrahman Navis, Katib Syuriah KH Syafruddin
Syarif, KH Ali Maschan Moesa.
Tak ketinggalan, Ketua PWNU KH Marzuki Mustama pun langsung menyambut, didamping Sekretaris PWNU Prof Akh Muzakki. Selain itu, ada juga jajaran pengurus lainnya, seperti H M Koderi, H Rasidi, H Hasan Ubaidillah, dan H Ahsanul Haq.
KH Anwar Iskandar menjelaskan, Menag mencoba untuk menjalin silaturahmi dengan kiai-kiai pesantren. Hal itu dimaksudkan untuk saling kerja sama dalam menjaga kerukunan.
"Kami mengingatkan, pentingnya mubalig-mubalig di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan agar lebih selektif. Yakni, mubalig yang mampu mengedepankan akhlak dalam berdakwah. Sehingga, nilai-nilai toleransi tetap terpelihara di kalangan anak-anak sekolah dan santri-santri kita," tuturnya.
Pada bagian lain, Fachrul Razi mengingatkan pentingnya bersama-sama tokoh masyarakat dan umat Islam untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Peran dari tokoh agama akan mampu menjaga keteduhan dana iklam keberagamaan di Indonesia.
"Dengan begitu, kita bisa mengeliminasi adanya intoleransi di masyarakat," tuturnya.
Menag mengakui, di sejumlah memang terjadi sikap intoleransi. Namun, hal itu bisa segera bersama diatasi.