BIN Pastikan Rapid Test Massal Aman untuk Warga
Pengguna media sosial seperti Twitter, ramai mempertanyakan soal soal steril atau tidak sarung tangan yang dipakai oleh tenaga medis yang menjalankan rapid test massal.
“Min tanya dong itu satung tangan petugasnya setiap periksa orang itu ganti gak sih..? Kok parno yah aku,” kata warganet di kolom komentar salah satu akun Twitter.
Menanggapi kekhawatiran publik soal steril atau tidaknya sarung tangan para tenaga kesehatan yang menjalankan rapid test massal, Kepala Poliklinik Badan Intelejen Negara (BIN), Dr Sri Wulandari pun menjawab. Kebetulan poliklinik yang ia pimpin sedang menjalankan rapid test massal di Surabaya.
Sri Wulandari menerangkan, sarung tangan yang dipakai petugas di lokasi rapid test massal diganti setelah ada bercak darah yang menempel.
“Kemarin ada yang tanya ke saya. Jadi sarung tangan itu kalau kena darah, baru kita ganti,” kata Sri, ketika ditemui di sisi barat Masjid Al Akbar Surabaya, tempat BIN menjalankan rapid test massal, Rabu, 3 Juni 2020.
Menurut Sri Wulandari, Covid-19 tidak menempel pada sarung tangan yang digunakan oleh para petugas. Penyebabnya, warga yang akan melakukan rapid test, diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan tes.
“Karena virusnya corona itu gak nempel di saring tangan yang dibuat (petugas) itu. Karena kan, orang yang periksa sudah cuci tangan nih. Artinya sudah bersih kan, baru kita periksa,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan tenaga medis yang jalankan rapid test juga wajib menggunakan hand sanitizer sebelum melakukan rapid test. Malahan sering kali, kata Sri, petugas mengganti sarung tangannya, setelah menangani lima orang.
“Sebelum periksa, saya juga suruh anak-anak tetap pakai hand sanitizer lagi, buat pemeriksaan (selanjutnya), kemudian baru kita periksa. Biasanya setelah lima pasien (sekali) kita ganti kok,” ucapnya.
Selain menjaga kebersihan sarung tangan, Sri pun selalu mengingatkan anak buahnya untuk selalu terapkan protokol kesehatan. Agar tak tertular Covid-19 dari warga yang melakukan pengecekkan.
“Kalau SOP-nya, protokol Covid-19 harus dipakai. Seperti APD, sarung tangan, masker, sepeti itu,” tambahnya.
Perlu diketahui, BIN menyelenggarakan rapid test di sisi Barat Masjid Al-Akbar Surabaya. Rapid test massal yang diselenggarakan BIN ini sudah berlangsung sejak 2 Juni 2020 kemarin.
Dua hari menjalankan rapid test massal di Masjid Al-Akbar Surabaya, hingga berita ini ditulis ditemukan total 152 warga yang reaktif. Sedangkan total jumlah warga yang menjalani rapid test selama dua hari itu ada 1.144 sampel.
“Saya lihat, banyak warga Surabaya yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Kebanyakan tak ada physical distancing, padahal kan itu penting. Yah nanti kami akan cari solusinya bersama-sama,” tutup Sri Wulandari.
Advertisement