Bima Sakti Masih Punya PR Besar
Hingga dua laga yang sudah dijalani Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, tim besutan Bima Sakti belum juga menunjukkan penampilan impresif. Meski pada laga terakhir kontra Timor Leste menang dengan skor 3-1, permainan Timnas jauh dari kata menawan.
Kekalahan 0-1 dari Singapura yang sebetulnya tak tampil luar biasa di laga perdana Piala AFF beberapa waktu lalu masih menyisakan kekecewaan bagi para penggemar dan pengamat sepak bola Tanah Air.
Pasalnya, dalam dua pertandingan itu, Timnas Indonesia tampak kesulitan meladeni permainan lawan. Di laga kedua kontra Timor Leste, dewi fortuna lebih berpihak pada Tim Merah Putih, karena hadiah penalti membuat mental pemain lawan menurun, sehingga Indonesia bisa meraih kemenangan.
Terlepas dari itu, masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki, terutama cara pemain menggalang pertahanan, transisi dari menyerang ke bertahan, kiat mereka membongkar rapatnya barisan belakang lawan, serta buruknya penyelesaian akhir.
Saat tumbang di tangan Singapura misalnya, catatan statistik resmi Piala AFF menunjukkan Indonesia mendominasi penguasaan bola hingga 56 persen berbanding 44 persen milik Singapura, namun karena minim kreativitas saat memasuki 2/3 zona lawan, timnas pun minim menciptakan peluang.
Di pertandingan kedua lawan Timor Leste, catatan itu lebih baik. Tak hanya penguasaan bola lebih dominan (61 persen berbanding 39 persen), dari sisi peluang mereka juga lebih banyak, namun dua kelemahan masih sangat tampak, yakni ketika bertahan dan menyelesaikan kesempatan.
Tembakan voli penyerang Timor Leste Rufino Gama yang merobek jala Andritany Ardhiyasa di menit ke-48 masih memperlihatkan betapa rapuhnya pertahanan Timnas hingga laga kedua Piala AFF 2018 berlangsung. Itu belum termasuk beberapa peluang emas Timor Leste yang gagal berbuah gol. Penampilan Timnas Indonesia masih mengkhawatirkan.
Belum diketahui secara pasti penyebab penampilan Timnas menurun jika dibandingkan saat masih ditangani Luis Milla. Tanpa meragukan kemampuan Bima Sakti, permainan Tim Garuda di era Luis Milla dianggap lebih atraktif, dan barisan depan Timnas relatif lebih tajam.
Setidaknya, tiga pengamat dari Jawa Timur, Fredy Mulli, Ibnu Grahan dan Muhammad Zein Alhadad mengakui hal itu. Ketiganya menilai penampilan Hansamu Yama Pranata dkk lebih enak ditonton ketimbang Timnas Indonesia era Bima.
Sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia, Bima memiliki pekerjaan rumah yang harus segera diperbaiki. Ambisinya mengantarkan Timnas lolos dari fase grup bakal lebih sulit terealisasi jika permainan Timnas masih seperti ini.
Di fase grup saja, Timnas Indonesia masih belum bertemu dua lawan yang berpotensi menyulitkan mereka, Thailand dan Filipina. Bahkan bila dilihat dari sisa laga yang harus dijalani Timnas di babak ini, langkah Tim Merah Putih masih relatif panjang.
Gagal lolos ke fase berikutnya bakal membayang andai Timnas mengalami dua kekalahan dalam dua laga selanjutnya. Maka itu, selain sisi teknis, Bima harus bisa mengangkat mental tanding para pemainnya, pekerjaan yang belum pernah ia lakukan saat menjadi asisten Luis Milla.
Tanggung jawab lebih berat saat ini ada di pundak Bima. Karena tugas ini merupakan pengalaman pertama bagi sang juru taktik mendampingi Tim Garuda di major event. Tantangan yang harus ia tuntaskan dengan baik demi menjawab keraguan publik.
Namun Bima tak perlu merasa sendirian, karena dukungan pecinta sepak bola Indonesia serta doa dari masyarakat Tanah Air mengiringi langkah Timnas di Piala AFF 2018 kali ini. (Nas)