Biden Telepon Pemimpin Jepang, Korsel dan Australia. Indonesia?
Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat hari ini Kamis menelpon tiga pemimpin masing-masing pemimpin Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Tidak termasuk pemimpin China dan Indonesia. Ini adalah pembicaraan telepon pertama kali dilakukan Biden pascapemilihan presiden.
Kepada pemimpin ketiga negara itu, Biden menegaskan rencana kerja sama erat untuk menangani sejumlah isu regional dan global.
Tiga pemimpin negara kunci aliansi AS di kawasan Asia-Pasifik itu --Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison-- bergabung dengan pemimpin dunia lain yang mengakui kemenangan Biden.
Di sisi lain, Donald Trump, presiden AS saat ini yang gagal melanjutkan periode kedua jabatannya, belum mengakui bahwa ia kalah dari Biden dalam pilpres 3 November.
Proyeksi kemenangan Biden muncul di tengah situasi pengaruh China secara ekonomi dan militer yang menguat di kawasan, juga setelah sekian kali dalam beberapa tahun terakhir hubungan China dan AS serta sekutu-sekutunya di Asia mengalami ketegangan di bawah pemerintahan Trump menyangkut masalah perdagangan, pertahanan, dan lingkungan.
Kantor Biden menyebut bahwa semua pihak yang terlibat dalam panggilan telepon itu menyatakan keteguhan mereka untuk dapat menjalin hubungan bilateral serta menanggulangi masalah global bersama, antara lain mengenai pandemi COVID-19 dan perubahan iklim.
PM Jepang Yoshihide Suga juga memberikan keterangan bahwa ia berbicara melalui sambungan telepon dengan Biden dan mengonfirmasi pentingnya ikatan bilateral antara Jepang dan AS.
"Presiden terpilih Biden mengatakan bahwa ia berharap dapat memperkuat aliansi AS-Jepang serta bekerja bersama untuk mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Suga kepada wartawan, dalam komentar terpisah di Kantor Perdana Menteri.
Sejumlah pemimpin negara besar dunia, seperti Inggris, Prancis, Jerman, termasuk Presiden RI Jokow Widodo telah menyampaikan ucapan selamat kepada Biden atas kemenangannya, sementara China dan Rusia belum melakukannya.
Kepada Presiden Korsel Moon Jae-in, Biden menegaskan komitmen AS untuk bersama Korea Selatan dan mengatakan negara itu sebagai "kunci untuk keamanan dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik", kata juru bicara Moon, Kang Min-seok.
"Presiden Moon meminta terjalinnya kerja sama pembangunan berorientasi ke depan dalam aliansi bilateral, serta denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea. Presiden terpilih Biden menyebutkan bahwa ia akan bekerja sama dengan erat untuk menyelesaikan isu nuklir Korea Utara," kata Kang.
Sebelumnya, Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji akan bekerja untuk menyasar denuklirisasi dalam pertemuan mereka pada 2018, namun belum ada kemajuan terkait janji itu.
Biden sendiri menyebut dirinya tidak akan bertemu dengan Kim tanpa ada prasyarat.
Sementara itu, pembicaraan Biden dengan PM Australia Scott Morrison menyangkut teknologi pengurangan emisi, namun mereka tidak membahas target netralitas karbon 2050.
"Saya dan presiden terpilih Biden mengangkat kesamaan antara komentarnya dengan kebijakan tentang teknologi pengurangan emisi bahwa kita perlu untuk mencapai hal itu, dan kami menantikan kesempatan untuk menggarap bersama masalah-masalah tersebut," kata Morrison kepada wartawan di Canberra.
Presiden RI Jokowi hari Minggu 8 November lalu melalui akun medsosnya memberi ucapan selamat kepada Joe Biden-Kemala Harris.
"Selamat Joe Biden dan Kamala Harris atas pemilu yang bersejarah. Perubahan besar ini adalah refleksi dari harapan terhadap demokrasi. Semoga kita segera bisa bekerja sama dalam rangka memperkuat hubungan 8 November lalIndonesia dan Amerika Serikat di sektor ekonomi, demokrasi dan multilateralisme, untuk kemaslahatan rakyat Indonesia dan Amerika Serikat," tulis Jokowi. (ant)